Ahli Khawatir Kematian Melonjak Usai Varian Delta Masuk Papua

0

Pelita.Online – Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman khawatir potensi kematian yang lebih besar jika mutasi virus corona (Covid-19) varian Delta tidak terkendali di Papua maupun wilayah Indonesia timur lainnya.
“Ini akan membuat potensi kematian lebih tinggi. Itu yang saya khawatirkan,” kata Dicky, Kamis (29/7).

Dicky mengatakan kondisi kesehatan dan lingkungan di Indonesia timur secara umum lebih buruk dari pada Jawa-Bali.

Menurutnya, masyarakat di wilayah tersebut masih rentan dengan gizi buruk, sanitasi lingkungan yang belum baik, sehingga tingkat imunitas masyarakat pun lebih rendah.

“Wilayah timur ini akan memiliki dampak buruk secara sosial, ekonomi dan kesehatan. Kompleks sekali,” ujarnya.

Selain kondisi imunitas, Dicky juga mengkhawatirkan kapasitas fasilitas kesehatan di Indonesia timur yang tidak sebaik di Jawa-Bali, baik terkait sumber daya maupun kesediaan tenaga kesehatan.

Ia pun meminta pemerintah memberikan dukungan lebih kepada Indonesia timur untuk menghadapi penularan Delta. Ia mengingatkan varian tersebut dapat menular dengan laju yang cepat dan masif dalam waktu singkat.

“Jumlah infeksi mungkin enggak sebanyak Jawa dan Bali. Tapi kematiannya atau korbannya bisa lebih banyak,” katanya.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan mencatat 10 kasus varian delta sudah terdeteksi di Papua. Sementara sampai saat ini upaya deteksi mutasi masih mengandalkan pemeriksaan genome sequencing yang dilakukan secara acak.

Papua mencatat 29.047 kasus positif Covid-19. Dari jumlah itu, sebanyak 5.304 orang masih dalam perawatan dan isolasi mandiri. Pemerintah setempat menyiapkan 16 rumah sakit rujukan Covid-19 di wilayah tersebut.

Sementara itu, untuk Papua Barat belum bisa memastikan keberadaan varian Delta dibalik lonjakan kasus lantaran hambatan proses pemeriksaan sampel. Hasil pemeriksaan masih menunggu Balitbangkes Kemenkes.

sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY