Akademisi UI: Perlu Perkuat Pancasila di Jalur Pendidikan

0

Pelita.online –  Akademisi Universitas Indonesia (UI) Muhammad Kemal Darmawan mengatakan, penanaman Pancasila di jalur pendidikan saat ini terasa kurang, sehingga perlu diperkuat.

“Jadi melalui jalur pendidikan jelas yang harus dilakukan. Kemudian juga harus ada bukti empiris. Harus ada contoh-contoh dari para pemimpin kita untuk memberikan teladan kepada masyarakat, bahwa mereka dalam bertindak, bertingkah laku, dan membuat kebijakan juga harus berdasarkan Pancasila,” kata Kemal dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (3/10/2020).

Kemal menilai, saat ini telah kehilangan jalur pendidikan yang memperkenalkan dan memantapkan nilai-nilai Pancasila. Ia mencontohkan, jika dulu pada era Orde Baru ada Pedoman, Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila (P4), tetapi sekarang sudah tidak ada lagi.

Menurut dia, institusi TNI dan Polri selalu mengingatkan tentang Pancasila, tetapi untuk masyarakat sipil tidak selalu diingatkan sehingga lebih lemah.

Ia mencontohkan, kasus viralnya pemuda yang tidak hafal Pancasila dan bahkan menjadi olok-olok di dunia maya menjadi salah satu contoh lemahnya penanaman Pancasila.

”Padahal sebetulnya hal tersebut memprihatinkan, tetapi malah dianggap guyonan sama anak-anak muda. Bagaimana ancaman-ancaman terorisme tidak lebih serius kalau kita tidak menjaga Pancasila,” kata mantan Kepala Departemen Kriminologi UI tersebut.

Kemal menuturkan, sosialisasi kepada para pemuda penting untuk dilakukan agar mereka memiliki kebersamaan dan saling menghormati satu sama lain. Selain itu, menjadikan Pancasila sebagai falsafah bangsa, way of life sebagai pertahanan diri.

“Jadi kita harus sadar pada saat kita melaksanakan sesuatu itu harus ada pertahanan dirinya. Nah sekarang anak-anak muda guyon tanpa ada dasar yang ngerem, ini yang bahaya sehingga suka kebablasan dan sebagainya,” tutur Kemal.

Kemal menyarankan, agar anak muda dilibatkan dalam berbagai kegiatan kolektif, guna memperkuat penanaman Pancasila.

“Kegiatan kolektif itu penting karena kita itu tidak sendirian. Misalnya kerja bakti yang melibatkan anak-anak muda dan sebagainya itu jarang kita lihat lagi, siskamling juga. Dengan banyaknya kegiatan kolektif maka akan membangun kebersamaan yang berujung kepada kebangsaan,” katanya.

Menurut dia, pembahasan Pancasila harus membumi, dekat dengan keseharian, sehingga bisa menjadi contoh langsung bagi masyarakat.

”Badan Nasional Penanggulangan Terorisme menjadi pihak yang bisa memberikan berbagai metode, seperti kemitraan, kebersamaan, toleransi, dan sebagainya. Kalau tidak ada toleransi dan kesadaran bersama tidak mungkin ada rasa kebangsaan,” ujarnya.

LEAVE A REPLY