Anemia Masih Menjadi Masalah Kesehatan Masyarakat

0

Pelita.online – Kalangan pakar kesehatan dunia membahas tantangan kesehatan masyarakat akibat penyakit anemia, dalam P&G Blood Health Forum yang diadakan pada awal November lalu.

Acara yang dilakukan secara virtual ini, dihadiri lebih dari 2.500 peserta dari seluruh sektor layanan kesehatan Asia termasuk dari Indonesia.

Senior Vice President P&G Health Asia Pacific Middle East and Africa, Aalok Agrawal mengatakan, anemia senantiasa menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia dengan tingkat prevalensi tertinggi di Asia Tenggara dan Afrika.

“Anemia merupakan risiko kesehatan yang sangat mempengaruhi kelompok masyarakat yang paling rentan yaitu perempuan dan anak-anak,” kata Aalok Agrawal dalam keterangan persnya, Kamis (5/11/2020).

Aalok mengatakan, melalui P&G Blood Health Forum, pihaknya menyambut para pakar terkemuka bidang anemia, fisiologi zat besi, dan kesehatan gizi untuk bertukar wawasan dan bekerja sama dalam mengatasi permasalahan kesehatan anemia secara global.

“Topik ini juga dikaitkan dengan pandemi virus corona yang saat ini terjadi di seluruh dunia. Berdasarkan penelitian terbaru yang menyelidiki potensi peran sel darah merah dan homeostasis besi dalam penanganan klinis Covid-19, forum ini menghadirkan berbagai perkembangan terkait pertimbangan fisiologis dan klinis dalam penerapan manajemen pasien di era new normal,” tambahnya.

Robert Harding Inaugural Chair in Global Child Health Hospital for Sick Children and Co-Director of the SickKids Centre for Global Child Health, Zulfiqar A Bhutta, menambahkan, walaupun terdapat cukup bukti mengenai beban yang ditimbulkan dan epidemiologi mengenai anemia dan defisiensi zat besi pada anak-anak dan wanita usia subur di berbagai belahan dunia, penanganan secara strategis masih sangat lambat dan berdampak dengan hilangnya sumber daya manusia secara signifikan.

“Tantangan ini diperparah dengan pandemi Covid-19 dan berbagai konsekuensi ekonomi yang terjadi. Deteksi dini anemia secara menyeluruh dan penanganan yang tepat harus menjadi prioritas global,” jelasnya.

Menurut Zulfiqar, potensi penuh dari beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan terkait nutrisi, kesehatan dan pembelajaran, tidak dapat direalisasikan tanpa penanganan anemia akibat defisiensi zat besi dalam skala besar, terutama di populasi yang terpinggirkan dan sangat miskin di dunia.

Sumber:BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY