Baru 30 Persen Warga Kota Bogor Selalu Cuci Tangan Pakai Sabun

0

Pelita.online – Wali Kota Bogor Bima Arya mengungkapkan bahwa hasil survei yang dilakukan Pemkot Bogor bersama tim riset Social Resilience Lab Nanyang Technological University Singapore menunjukan, bahwa banyak warga Bogor yang belum membiasakan diri cuci tangan dengan baik dan benar.

“Pandemi ini mengharuskan kita menerapkan pakai masker, cuci tangan dan jaga jarak. Dari tiga kebiasaan itu yang paling sulit untuk dilakukan atau yang tidak biasa adalah jaga jarak. Yang paling mudah atau paling sering dilakukan menurut warga Bogor adalah pakai masker. Nah cuci tangan ini juga masih banyak yang belum terbiasa,” ungkap Bima Arya ketika memperingati Hari Cuci Tangan Sedunia yang jatuh setiap 15 Oktober secara daring.

“Ada 8,1 persen warga yang mengaku jarang atau kadang-kadang cuci tangan. 59 persen sering cuci tangan dan 30 persen selalu cuci tangan. Padahal kan kita inginnya yang selalu cuci tangan ini 80 persen. Jadi PR-nya adalah menjadikan cuci tangan ini kebiasaan,” tambahnya.

Menurutnya, kebiasaan cuci tangan pakai sabun dan dengan air mengalir ini harus terus didorong karena data di Kota Bogor menunjukan bahwa keluarga menjadi salah satu klaster penularan yang cukup tinggi.

“Klaster keluarga ini terpapar dari aktivitas di luar rumah. Jadi harus dibiasakan pulang dari kantor atau dari luar cuci tangan pakai sabun, sebelum dan sesudah makan cuci tangan, dan aktivitas lainnya. Karena ini adalah benteng terakhir warga, ya cuci tangan,” tandasnya.

Lebih lanjut Ketua Tim Penggerak PKK Kota Bogor Yane Ardian mengatakan, peringatan Hari Cuci Tangan Sedunia ini untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Menurutnya, langkah ini sebagai cara efektif dan terjangkau untuk mencegah timbulnya penyakit dari bakteri dan virus yang menempel di tangan.

“Kegiatan hari ini untuk mengingatkan kembali, bukan program baru bagi PKK. Karena cuci tangan pakai sabun dan dengan air mengalir ini merupakan salah satu indikator dari PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang merupakan program pokok PKK. Jadi PKK itu punya peran mensosialisasikan berbagai program, termasuk cuci tangan,” ungkap Yane.

Yane menambahkan, masih ada masyarakat yang abai dan menganggap cuci tangan ini bukan merupakan suatu yang penting. “Padahal gerakan ini merupakan hal dasar yang harus menjadi kebiasaan setiap individu. Karena telapak tangan ini merupakan sumber virus, sumber bakteri. Jadi jangankan untuk melawan Covid, dalam kehidupan sehari-hari pun cuci tangan ini menjadi kegiatan yang harus dilakukan kesadaran sendiri,” terang Yane.

Dalam masa pandemi ini, kata Yane, cuci tangan pakai sabun (CTPS) dan dengan air mengalir ini menjadi cara efektif dan terjangkau dalam upaya mencegah Covid-19 masuk rumah.

“Jadi, sarana CTPS wajib ada di setiap rumah. Jadi memang ini dipakai untuk mengingatkan bahwa semua rumah harus ada tempat cuci tangannya untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 kepada keluarga di dalam rumah. Tadi saya cukup kagum anak-anak begitu antusias memperingati Hari Cuci Tangan Sedunia walaupun melalui online. Kebiasaan ini harus dimulai dari anak usia dini. Jadi keterlibatan anak-anak di sini sebagai simbol ke arah sana. Untuk membiasakan mereka juga,” ujarnya.

Sumber:BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY