Boleh Liburan Akhir Tahun? Epidemiolog UI: Kalau Disiplin, Aman

0
Sejumlah pengunjung memanfaatkan waktu cuti bersama untuk berekreasi bersama keluarga di Pantai Ancol, Jakarta Utara, Kamis (29/10/2020). Info data pengunjung Ancol, Kamis, 29 Oktober 2020 sampai dengan pukul 14.00 WIB sebanyak 23.000 orang. Meski telah dibuka untuk masyarakat luas, banyak peraturan yang perlu diperhatikan dan dipatuhi oleh masyarakat jika ingin berkunjung ke Ancol yang menyiapkan berbagai kebijakan, serta fasilitas penunjang protokol kesehatan pencegahan Covid-19 saat libur cuti bersama. SP/Joanito De Saojoao.

Pelita.online – Momen liburan panjang terbukti menaikkan jumlah kasus positif Covid-19. Indonesia pernah mengalami dua momen liburan panjang yang terbukti mempengaruhi kenaikan kasus Covid-19, yakni HUT RI yang disambung Tahun Baru Islam pada Agustus dan Maulid Nabi Muhammad SAW pada Oktober.

Namun, jika masyarakat patuh melakukan protokol kesehatan yang ketat, momen liburan panjang seharusnya bisa berjalan dengan aman.

Demikian disampaikan epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Tri Yunis Miko Wahyono. Menurutnya, momen liburan panjang memang terbukti memengaruhi peningkatan kasus Covid-19. Sebab, ada kegiatan yang menyebabkan kerumunan orang tanpa menjaga jarak.

Kendati demikian, Tri menyebutkan, peningkatan kasus Covid-19 dengan klaster liburan termasuk dalam efek ringan. Artinya, meski terjadi peningkatan kasus, tetapi jumlahnya tidak mencapai dua kali lipat dari data yang ada saat ini.

“Jadi efeknya ringan karena jumlah peningkatan kasus di bawah setengah dari jumlah kasus yang ada,” kata Tri kepada Suara Pembaruan, Minggu (15/11/2020).

Ia melanjutkan, kebijakan pemerintah memberi momen liburan panjang sebetulnya wajar. Namun ia meminta agar masyarakat patuh terhadap protokol kesehatan, khususnya 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak dengan tidak berkerumun.

“Liburan itu enggak salah, kalau orang Indonesia tingkat kepatuhannya sama seperti orang Jepang atau Korea Selatan. Kalau kepatuhan itu dilakukan pada semua orang saat liburan, tentu akan aman dan kasusnya tidak akan bertambah banyak,” ujarnya.

Sumber:Suara Pembaruan

LEAVE A REPLY