Dokter Meninggal karena Covid-19 Terus Bertambah, IDI: Ini Situasi Krisis

0
Ratusan tenaga medis melepas pemberangkatan jenazah dokter anestesi Imai Indra, yang meninggal akibat COVID-19 di Rumah Sakit Umum Zainal Abidin, Banda Aceh, Aceh, Rabu (2/9/2020). Dokter Imai Indra Sp.An merupakan dokter pertama di Aceh yang meninggal akibat COVID-19, sementara seratus lebih tenaga medis lainnya juga positif COVID-19 dan tengah menjalani perawatan. ANTARA FOTO/Ampelsa/foc.

Pelita.online – Ratusan tenaga medis dan tenaga kesehatan di Indonesia meninggal dalam tugas karena terpapar Covid 19. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyebut kondisi ini adalah situasi krisis dalam pelayanan kesehatan saat ini.

Berdasarkan pembaruan data Tim Mitigasi PB IDI per tanggal 15 Oktober 2020 yang diterima Beritasatu.com, pekan ini empat dokter meninggal dunia akibat Covid-19. Dalam waktu dua pekan Oktober, sudah ada sembilan dokter meninggal dunia dengan total 136 dokter wafat akibat Covid.

Para dokter yang wafat tersebut terdiri dari 71 dokter umum (empat guru besar), dan 63 dokter spesialis (lima guru besar), serta 2 residen yang berasal dari 18 IDI wilayah (provinsi) dan 66 IDI cabang ( Kota/Kabupaten).

Berdasarkan data provinsi, Jawa Timur 32 dokter, Sumatra Utara (23), DKI Jakarta (19), Jawa Barat (12), Jawa Tengah (9), Sulawesi Selatan (6), Bali (5), Sumatra Selatan (4), Kalimantan Selatan (4), Aceh (4), Riau (4), Kalimantan Timur (3), Kepulauan Riau (2), Yogyakarta (2), Nusa Tenggara Barat (2), Sulawesi Utara (2), Banten (2), dan Papua Barat (1).

Duka dan kekhawatiran terus menyelimuti para tenaga medis Indonesia. “Berbulan-bulan setelah pandemi, kematian tenaga medis dan tenaga kesehatan masih terjadi dengan angka kematian yang semakin mengkhawatirkan. Sudah ratusan tenaga medis dan tenaga kesehatan di Indonesia meninggal dalam tugas pelayanan yang terpapar Covid 19, ini adalah situasi krisis dalam pelayanan kesehatan saat ini,” kata Wakil Ketua Tim Mitigasi PB IDI, Dr Ari Kusuma Januarto, SpOG(K).

Ditambahkan, setiap tenaga medis dan tenaga kesehatan memiliki hak untuk merasa aman di tempat kerjanya. Karena itu P IDI menyerukan harus ada kerja sama menyeluruh baik dari pemerintah dan masyarakat dalam melaksanakan protokol kesehatan sehingga para tenaga medis dan tenaga kesehatan dapat melanjutkan pekerjaan penting mereka tanpa mempertaruhkan nyawa mereka sendiri.

Tidak hanya masyarakat yag menginginkan pandemi ini cepat berlalu. Para tenaga medis dan kesehatan pun menginginkan hal yang sama. “Situasi ini tidak akan pernah selesai apabila tidak ada kerja sama penuh dari masyarakat sebagai garda terdepan,” katanya.

Ketua Tim Pedoman dan Protokol Kesehatan dari Tim Mitigasi PB IDI, Dr dr Eka Ginanjar SpPD KKV mengatakan, masyarakat masih terlihat setengah hati dalam menjalankan protokol kesehatan. Contohnya, memasang masker di bawah dagu, berkumpul tanpa mengenakan masker, jarang mencuci tangan, abai berganti pakaian setelah beraktivitas di luar rumah, dan masih banyak lagi.

Saat ini, kata Eka, yang harus diwaspadai adalah orang yang terinfeksi Covid-19 tetapi tidak bergejala atau hanya bergejala ringan. Orang yang merasa baik-baik saja padahal sebenarnya membawa virus ini biasanya belum pernah melakukan tes Covid-19.

Mereka kemudian melakukan aktivitas di luar rumah dengan mengabaikan protokol kesehatan lantas menularkannya pada orang lain yang rentan.

“Bagi yang mengalami gejala seperti flu walaupun hanya ringan, janganlah meremehkan hal ini. Hindari keluar rumah ataupun berkumpul dan segera lakukan testing. Dalam banyak hal, orang-orang masih sulit mempercayai keberadaan Covid-19 saat ini,” kata Eka.

Virus ini telah menyebar dengan cepat keseluruh dunia, termasuk Indonesia. Virus ini juga telah mengambil banyak nyawa dengan cepat yang menyebabkan hal ini disebut pandemi. Perlu diketahui walaupun sebagian besar tanpa gejala atau gejala ringan, tetapi ketika menginfeksi tubuh bisa menimbulkan reaksi badai peradangan yang bisa menimbulkan kondisi berat hingga kematian.

Virus ini tidak bisa terbang pindah sendiri tetapi manusialah yang membawanya kemana-mana. Hingga vaksin yang efektif dan aman ditemukan, maka tidak ada pencegahan yang lebih baik daripada protokol kesehatan. “Bukan hanya untuk keselamatan Anda sendiri, tetapi juga untuk orang di sekitar Anda, orang-orang yang Anda sayangi, kerabat, teman kerja dan masyarakat secara luas,” kata Eka.

Sumber:BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY