Epidemiolog: Penurunan Kasus Covid-19, Belum Bisa Disebut Sudah Lewati Puncak

0
Seorang tenaga kesehatan merapikan ranjang bagi pasien COVID-19 di Gedung BLK, Manggahang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (13/6/2021). Data pusat informasi COVID-19 Kabupaten Bandung mencatat, per 12 Juni 2021 total kasus terkonfirmasi sebanyak 15.652 kasus dengan kasus rawat sebanyak 1.517 kasus, 13.870 terkonfirmasi sembuh dan 265 terkonfirmasi meninggal. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/aww.

Pelita.Online – Kasus harian Covid-19 di Indonesia menunjukkan tren penurunan empat hari terakhir. Dari puncak tertinggi 64.718 pada Rabu (16/2/2022), terus turun hingga Minggu kemarin turun hingga jadi 48.684. Angka penurunan kemarin juga menjadi yang terendah sejak Senin (14/2/2022).

Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Laura Navika Yamani mengatakan tren penurunan kasus harian Covid-19 belum bisa dinyatakan Indonesia sudah melewati gelombang ketiga Covid-19 yang sebelumnya diperkirakan terjadi puncaknya pada akhir Februari atau awal Maret 2022 ini.

“Dikatakan melewati puncak kasus Covid-19 itu kalau sudah membentuk suatu peak (puncak). Namun kalau sekedar terjadi penurunan, belum bisa dikatakan sudah melewati puncak kasus,” katanya ketika dihubungi Beritasatu.com, Senin (21/2/2022).

Menurutnya, meski per Senin (21/2/2022) angka harian Covid-19 di Indonesia hanya 34.418 kasus, belum bisa dikatakan sudah melewati sebuah puncak gelombang. Jadi hal ini harus terus dimonitor dan menunggu sampai kasus ini benar-benar mendekati atau di bawah angka 1.000.

Dikatakan, hal ini sama halnya seperti varian Delta meski lebih lebar untuk puncaknya. Artinya dibutuhkan waktu yang lebih panjang sampai mencapai titik landai yang paling rendah, walaupun tidak hingga menyentuh angka 0, karena kasus Covid-19 pasti masih ada.

Mungkin, lanjut Laura, kalau untuk daerah atau wilayah tertentu, kemungkinan angka 0 itu bisa. Tetapi secara total sebuah negara, pastinya tetap akan ada kasus Covid-19 khususnya di Indonesia.

“Kalau penurunan ini bisa menjadi titik awal karena kita melihat penurunan ini juga konsisten. Artinya kita amati dalam beberapa hari selama seminggu ini terjadi penurunan dan saya rasa untuk Omicron ini akan jauh lebih cepat. Naiknya cepat, turunnya juga cepat,” ungkap dia.

Kasus harian Covid di Indonesia beberapa hari yang lalu sempat di atas 50.000 kasus dan kemudian menurun hingga 30.000-an kasus. Ini artinya bagus dan beberapa prediksi yang sudah dilakukan bahwa varian Omicron bakal mencapai titik puncak yang paling tinggi dua hingga tiga kali lipat dari Delta, yakni 100.000 hingga 150.000 lebih kasus lebih.

“Tetapi hal itu tidak terjadi. Jadi sebelum mencapai 100.000 ternyata sudah mengalami penurunan. Ini kita lihat saja dalam waktu cukup singkat sekitar satu minggu penurunannya juga sudah hampir setengah yakni 34.418,” jelasnya.

Laura menyatakan jadi bisa dilihat kembali apakah benar yang menjadi prediksi Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin bakal terjadi puncak kasus di akhir Februari itu akan terjadi atau tidak.

Sementara untuk tren penyebaran Covid-19 di luar Jawa-Bali, masih ada potensi meningkat. Hal ini sama halnya saat gelombang kedua varian Delta muncul yang mengawali kasus di Jawa Bali juga. Gelombang Covid itu tidak bisa terjadi secara serentak di semua wilayah provinsi.

“Peningkatan kasus itu tidak bisa serentak di berbagai daerah. Atau misalkan kita bandingkan dengan negara lain ya. Awalnya itu juga tak sama dan selesai puncaknya juga tidak sama dengan negara kita,” urai dia.

Menurutnya, untuk negara-negara Eropa kemungkinan sudah bisa dikatakan melewati puncak dari Omicron, tetapi berbeda halnya di negara lain yang masih berjuang untuk bisa melewati dari tingginya kasus Omicron, termasuk di Indonesia.

“Kalau kita berbicara secara nasional kasusnya memang menurun, tetapi kalau secara per daerah hal itu akan berbeda-beda, ada yang sudah melewati dan ada yang belum, cuma saya rasa peningkatan di luar Jawa itu tidak secepat di Pulau Jawa penularannya,” ungkap Laura.

Jadi kontribusi untuk angka nasional tidak terlalu tinggi. Beda ketika kasus di Jawa itu naik kontribusinya sangat tinggi yang berdampak pada kasus nasional juga semakin tinggi.

“Saat ini kondisinya di Jawa Bali terjadi tren penurunan kasus, meski di luar Jawa Bali itu masih berproses untuk mencapai puncak karena mereka mulainya lebih lambat dan saya rasa puncaknya berbeda dengan di Jawa Bali,” jelas dia.

sumber : Beritasatu.com

LEAVE A REPLY