Harga Gula Bisa di Bawah Rp 10.000 Per Kg Tanpa Impor, asalkan…

0

Pelita.online – Seolah jadi masalah klasik menahun, gula kembali jadi polemik. Selain langka di beberapa daerah, harga bahan pemanis ini juga melompat hingga Rp 17.000 per kg atau jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 12.500 per kg.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) merasa curiga dengan harga gula pasir yang tak kunjung turun, padahal impor gula sudah dilakukan. Dia menduga ada oknum atau mafia pangan yang berupaya memainkan harga demi mendapatkan keuntungan.

Jokowi juga mencurigai adanya permainan harga di pasaran. Untuk itu, Jokowi meminta kementerian terkait untuk mencari tahu penyebab tingginya harga dua komoditas tersebut.

Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Indonesia Soemitro Samadikoen mengatakan, masalah menahun gula sebenarnya cukup ironi di Indonesia. Mengingat negara ini pernah jadi eksportir sekaligus produsen gula terbesar kedua di dunia setelah Kuba di era Hindia Belanda.

Setelah merdeka, Indonesia mewarisi 179 pabrik gula (PG) dari swasta Belanda yang kemudian dikelola sejumlah BUMN perkebunan. Masalah mulai muncul ketika konsumsi gula semakin meningkat, tetapi tidak diimbangi dengan investasi pabrik gula baru maupun revitalisasi PG lama peninggalan Belanda.

Menurut dia, harga gula bisa ditekan jika biaya produksi bisa murah, terutama dalam kaitannya dengan tingkat rendemen PG. Masalahnya, rendemen tinggi sulit dicapai jika mengandalkan pabrik-pabrik gula tua peninggalan Belanda.

Sementara pabrik-pabrik gula baru, umumnya merupakan produsen gula rafinasi yang bahan bakunya (raw sugar) diimpor dari luar negeri.

“Orientasinya kalau mau swasembada gula atau bisa ekspor seperti zaman Belanda, naikkan rendemen, jangan terus bergantung impor. Rendemen pabrik-pabrik gula tua Belanda sekitar 6,5 sampai 7,5 persen,” kata Soemitro kepada Kompas.com, Senin (25/5/2020).

Rendemen tebu sendiri adalah kadar kandungan gula di dalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen. Bila dikatakan rendemen tebu 10 persen, artinya ialah bahwa dari 100 kg tebu yang digilingkan di pabrik gula akan diperoleh gula sebanyak 10 kg.

Sementara rendemen pabrik gula BUMN, rata-rata berada di kisaran 7 persen. Artinya dari 100 kg tebu, menghasilkan sekitar 7 kilogram gula. Selain mesin, rendemen juga dipengaruhi kualitas tebu yang meliputi varietas bibit, pemeliharaan, pemupukan, dan sebagainya.

“Kalau rendemen bisa 9 sampai 10 persen, harganya bisa di bawah Rp 12.000 per kg. Bahkan bisa di bawah Rp 10.000 jika rendemen bisa ditingkatkan lagi,” ungkap Soemitro yang juga petani tebu asal Nganjuk ini.

 

Sumber : kompas.com

LEAVE A REPLY