Harga Minyak Melambung Dipicu Rencana Irak Pangkas Produksi

0

Pelita.online – Harga minyak menguat mendekati level tertinggi dalam 5 bulan pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Kenaikan harga minyak ini karena pelemahan dolar AS dan juga pemotongan produksi yang direncanakan oleh Irak.

Mengutip CNBC, Jumat (7/8/2020), harga minyak mentah Brent naik 9 sen menjadi USD 45,25 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate turun 24 sen atau 0,57 persen, untuk menetap di USD 41,95 per barel setelah empat hari berturut-turut naik.

“Harga minyak sangat berombak pada perdagangan Kamis, terdorong oleh penurunan produksi Irak,” kata analis senior Price Futures, Chicago, Phil Flynn.

Irak mengatakan akan melakukan pemotongan produksi minyak sekitar 400 ribu barel per hari pada Agustus untuk mengkompensasi kelebihan produksi selama periode lalu di bawah pakta pengurangan pasokan OPEC.

namun menurut Phil, kekhawatiran penurunan harga minyak tetap akan ada karena permintaan melemah akibat dari perlambatan ekonomi akibat virus corona.

“Semua orang sedang menunggu paket bantuan virus Corona untuk memberikan peningkatan pada ekonomi,” katanya.

Kedua harga minyak yang menjadi acuan ini naik ke level tertinggi sejak 6 Maret di sesi sebelumnya setelah pemerintah AS melaporkan penurunan stok minyak mentah yang jauh lebih besar dari perkiraan.

Selain itu, dolar AS yang melemah juga mendukung harga minyak karena membuat minyak yang dihargakan dalam dolar AS lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

Namun, investor minyak tetap harus waspada terhadap peningkatan persediaan produk olahan AS pada saat para Gubernur Bank Sentral AS mengatakan kebangkitan kasus virus Corona memperlambat pemulihan ekonomi di konsumen minyak terbesar dunia.

Harga Minyak Melonjak ke Level Tertinggi dalam 5 Bulan

Pada perdagangan sebelumnya, harga minyak naik ke level tertinggi sejak awal Maret pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta) setelah anjloknya persediaan minyak mentah AS dan pelemahan nilai tukar dolar. Namun meningkatnya infeksi virus Corona membuat investor khawatir tentang prospek permintaan minyak.

Dikutip dari CNBC, Kamis (6/8/2020), harga minyak mentah Brent naik 70 sen atau 1,6 persen ke level USD 45,13 per barel. Sementara harga minyak West Texas Intermediate naik 49 sen atau 1,18 persen di level USD 42,19 per barel. Keduanya naik lebih dari 4 persen di awal sesi.

Data Administrasi Informasi Energi menyatakan persediaan minyak mentah AS turun 7,4 juta barel pekan lalu. Ini melebih prediksi para analis alam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan hanya sebesar 3 juta barel.

Melemahnya dolar, yang membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lain dan mendukung harga minyak.

“Tidak ada yang bisa lepas dari keuntungan dari melemahnya dolar di ruang komoditas dan minyak tentu saja,” kata Analis Senior OANDA Craig Erlam.

Harga minyak juga mendapat dukungan dari tanda-tanda bahwa pembicaraan antara Gedung Putih dan Demokrat di Kongres mengenai paket bantuan virus corona baru membuat kemajuan, meskipun kedua belah pihak tetap berjauhan.

Data pabrik AS minggu ini juga menunjukkan peningkatan pesanan, yang oleh beberapa analis dianggap sebagai petunjuk pemulihan ekonomi.

Aktivitas bisnis zona di Eropa kembali ke pertumbuhan moderat pada Juli karena beberapa pembatasan diberlakukan untuk menghentikan penyebaran virus corona, Indeks Manajer Pembelian Komposit dari IHS Markit menunjukkan.

Naiknya harga minyak datang dengan latar belakang lonjakan kasus virus corona yang dapat mengancam pemulihan permintaan bahan bakar.

Pemintaan Bahan Bakar

Konsultan memperkirakan permintaan bahan bakar jet turun 50 persen dari tahun ke tahun hingga kuartal ketiga.

Di Amerika Serikat, konsumen minyak utama dunia, persediaan destilasi naik minggu lalu ke level tertinggi dalam 38 tahun untuk kenaikan minggu ketiga berturut-turut. Sementara distilasi Gulf Coast berada pada level tertinggi, kata EIA. Stok bensin naik selama dua minggu berturut-turut.

Di sisi lain, Jumlah kematian virus corona secara global melampaui 700 ribu pada Rabu, menurut penghitungan Reuters. Amerika Serikat, Brasil, India dan Meksiko memimpin peningkatan kematian tersebut.

 

Sumber : liputan6.com

LEAVE A REPLY