Herannya Novel Baswedan, Penyidik KPK Christian Dianggap Taliban

0

Pelita.online – Penyidik KPK Novel Baswedan merasa heran terhadap isu taliban yang dianggap berada di KPK. Oleh sebab itu, isu taliban di KPK dianggapnya hoax atau berita bohong.

“Ya hoax, hoax keterlaluan, masak Pak Christian disebut taliban gitu kan. Nggak lah,” kata Novel Baswedan usai menjadi saksi sidang perkara e-KTP di Pengadilan Tipikor, Jl Bungur Besar Raya, Jakarta, Rabu (9/10/2019).

Novel menilai isu taliban sengaja untuk menyerang KPK agar dianggap buruk. Dia menegaskan tidak ada ‘kelompok taliban’ di KPK.

“Saya kira pola-pola itu sengaja membuat persepsi seolah-olah KPK-nya jelek, sehingga undang-undangnya diubah mungkin kan. He he he, saya kira intinya nggak begitulah KPK,” ujar Novel.

Isu ‘Taliban’ pernah tiba-tiba disampaikan Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane. Dia menyampaikan itu dalam diskusi bertema ‘Bersih-bersih Jokowi: Menyoroti Institusi Antikorupsi’ pada Minggu, 5 Mei 2019.

“Sekarang berkembang isu di internal (KPK). Katanya ada polisi India dan ada polisi Taliban. Ini kan berbahaya. Taliban siapa? Kubu Novel (penyidik senior KPK, Novel Baswedan). Polisi India siapa? Kubu non-Novel. Perlu ada ketegasan komisioner untuk menata dan menjaga soliditas institusi ini,” kata Neta.

Setelah itu, isu itu berkembang menjadi landasan panitia seleksi calon pimpinan (pansel capim) KPK menggandeng Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam proses seleksi untuk menghindari penyusupan radikalisme. Atas hal ini, mantan Ketua KPK Busyro Muqoddas menepisnya. Busyro menjelaskan bahwa Taliban yang selama ini ada dalam tubuh KPK memiliki konteks yang berbeda, yaitu menggambarkan penyidik-penyidik KPK yang militan.

“Waktu saya masuk itu sudah ada Taliban-taliban. ‘La, kok Taliban to.’ ‘Pak ini tidak ada konotasi agama.’ ‘Lo kenapa?’ Ini ikon Taliban itu menggambarkan militansi orang Afganistan dan penyidik-penyidik KPK itu militan-militan. Ini ada Christian Kristen, ini ada Kadek Hindu, ada Novel cs Islam. Jadi mereka biasa-biasa saja,” kata Busyro kepada wartawan, Minggu (15/9).

Busyro pun menduga isu Taliban tersebut diembuskan pihak Istana. “Jadi Taliban itu tidak ada konteksnya radikal. Hanya itu dipolitisasi. Dan politisasi itu ada indikasi dari Istana,” imbuhnya.

Dia menyayangkan isu radikalisme kemudian digoreng sedemikian rupa untuk melemahkan KPK. Busyro menilai isu radikalisme yang bahkan masuk materi psikotes pimpinan KPK kekanak-kanakan.

“Kemudian dikembangkan oleh pansel kan. Mengapa baru kali ini pansel itu nggak punya kerjaan seolah-olah nggak punya konsep. Ada tiga guru besar, (tapi) materi psikotesnya pakai isu-isu radikalisme, tapi pertanyaan-pertanyaannya itu childish banget, misalnya kalau ada bendera Merah Putih menghormati itu bagaimana. SMP itu,” tutur Busyro.

 

Sumber : Detik.com

LEAVE A REPLY