Pelita.online – Pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) di Frankfurt, Jerman hari ini, Rabu (30/9/2020), tampaknya akan membawa perubahan pendekatan kebijakan yang sudah mulai usang, terutama di era kejatuhan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
“Dalam lingkungan inflasi rendah sekarang ini, kekhawatiran kami berbeda dengan sebelumnya (tahun 2003) dan hal ini perlu direfleksikan dalam target inflasi kami,” kata Presiden ECB Christine Lagarde dalam konferensi pers hari ini.
Sejak 2003, ECB memasang target inflasi “di bawah, tetapi dekat ke 2 persen” karena fokus ECB adalah mengendalikan kenaikan harga-harga yang signifikan. Namun, sekarang ini ECB lebih khawatir akan kenaikan harga-harga yang melambat.
Pernyataan Lagarde diinterpretasikan bahwa ECB akan membiarkan inflasi naik lebih tinggi untuk mengompensasi tahun-tahun sebelumnya, di mana inflasi gagal mencapai target. Tujuan ECB adalah menciptakan stabilitas harga dalam jangka menengah (tidak disebutkan berapa lama).
ECB tampaknya mengikuti jejak bank sentral AS atau the Federal Reserve yang sebelumnya mengubah haluan kebijakan. Agustus lalu, the Fed mengeluarkan kebijakan baru, di mana the Fed siap membiarkan inflasi naik lebih dari normal dalam rangka menggerakkan pasar tenaga kerja dan perekonomian secara keseluruhan. The Fed akan membiarkan inflasi naik secara moderat di atas target 2 persen “untuk sementara waktu” setelah di periode sebelumnya inflasi selalu gagal mencapai target tersebut.
Inflasi di Eropa tetap rendah meskipun ECB menekan suku bunga acuan mendekati nol dan melakukan program pembelian aset seniali 3 triliun euro. Inflasi tahunan di Eropa ada di rata-rata 2,3 persen dari tahun 1993 hingga 2008, sebelum krisis finansial global terjadi. Sejak saat itu, inflasi di Eropa rata-rata hanya 1,2 persen hingga akhir 2019.
Sumber:CNBC.com, Reuters