Jadi Menkopolhukam, Mahfud MD Dapat Pesan dari Sri Sultan HB X

0

Pelita.online – Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X memberi masukan serta harapan bagi Menkopolhukam Mahfud MD. Sultan berharap Mahfud melaksanakan tugas dengan baik dan tetap berkontribusi bagi daerah.

“Tidak hanya mengucapkan selamat, kami ikut berbahagia, senang. Tidak hanya mengucapkan selamat, tapi (kami) punya harapan, semoga peran yang bisa dilakuken bapak (Mahfud) sebagai menteri untuk membantu tugas Bapak Presiden, dan sukses adanya,” kata Sultan.

Hal tersebut diungkapkan Sultan saat memberi sambutan dalam acara Mangayubagya Ketua Parampara Praja DIY, Mahfud MD menjabat sebagai Menkopolhukam RI di ballroom Hotel Grand Ambarukmo, Jalan Laksda Adisucipto, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Minggu (17/11/2019).

Sultan berharap Mahfud memberi dampak yang signifikan bagi kondisi politik, hukum dan keamanan di Indonesia. Mengingat beberapa tahun lalu terdapat berbagai masalah yang belum terselesaikan.

“Bagaimana lima tahun ini, kesejahteraan, keamanan maupun juga aspek-aspek hukum bisa dilakuken juga lebih baik lagi dibanding tahun-tahun yang ada. Karena tantangan kita memang masih sangat besar, baik di bidang politik, hukum maupun juga aspek keamanan,” ucapnya.

“Sehingga, harapan saya Pak Mahfud betul-betul sukses di dalam melaksanakan tugas membantu Bapak Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia,” imbuh Sultan.

Terlepas dari hal tersebut, Sultan ingin agar Mahfud tidak melupakan Yogyakarta. Terlebih, saat Yogyakarta membutuhkan, ia berharap Mahfud mau membantu.

“Selanjutnya Bapak, kami masih memerluken peran Pak Mahfud juga di daerah, bukan pada hanya aspek ketokohan Bapak, tapi juga jam terbang Bapak,” katanya.

“Sehingga dengan pengalaman-pengalaman yang ada, sebagai salah satu tokoh di DIY ini bisa memberiken arah, memberiken memperingatken maupun memberiken masukan-masukan yang memang diperluken bagi kepentingan warga masyarakat secara keseluruhan sebagai salah satu bentuk pengabdian Bapak dalam nasional,” sambung Sultan.

Bukan tanpa alasan, lanjut Sultan, hal itu karena Yogyakarta telah lama menjadi bagian dari NKRI dan masyarakat Yogyakarta mendukung apa yang dilakukan oleh Mahfud selama ini. Karena itu, Sultan berharap dukungan warga masyarakat Yogyakarta dapat menjadi energi, pemahaman dan pengalaman untuk melanjutkan tugas negara yang diemban Mahfud saat ini.

“Karena bagaimana pun, dari awal Yogyakarta ini memang untuk kepentingan republik (Indonesia) dan Yogyakarta sudah menjadi bagian dari republik. Jadi, segalanya ini kita abdiken untuk kepentingan seluruh warga masyarakat tanpa membedaken, dan juga kepada republik yang memang komitmen dari awal sampai akhir itu yang bisa kita lakuken secara bersama,” ucapnya.

“Semoga saja Bapak sukses, kami selalu mendoaken, dan semoga saja Republik ini, khususnya yang di bawah koordinator Bapak di bidang politik, hukum dan keamanan juga bisa memberikan rasa aman dan nyaman bagi seluruh warga masyarakat di Republik ini. Selamat bekerja dan mengabdi Pak Mahfud untuk Republik,” imbuh Sultan.

Menanggapi hal tersebut, Mahfud MD menyampaikan bahwa Yogyakarta adalah tempat yang terbuka bagi semua orang. Mengingat orang dari luar Yogyakarta seperti dirinya mendapat kesempatan untuk menjadi anggota Parampara Praja DIY.

Lantas, ia pun menceritakan pengalamannya saat ditawari Sultan untuk menjadi anggota Parampara Praja DIY. Menurutnya, proses pemberian tawaran itu terbilang unik.

“Ini terbilang unik, dua (atau) tiga tahun lalu (saat Mahfud ditawari) menjadi Parampara praja, uniknya saat saya dikontak sekretaris Gubernur, bahwa Ngarso Dalem ingin ketemu, saya jadwalkan, kapan Ngarso Dalem datang? saya akan menghadap, karena saya kan rakyatnya,” katanya.

“Tapi ngarso dalem ndak mau saya menghadap, ‘saya yang ketemu bapak’. Ketemulah kami di kampus UII ditemani oleh Rektor (UII), saya diminta untuk menjadi anggota Parampara Praja. Begitu sederhananya penampilan Sultan ini,” imbuh Mahfud.

Selanjutnya, Mahfud menceritakan bagaimana sulitnya menolak permintaan Sultan untuk tetap berada di Parampara Praja. Mahfud mengatakan, bahwa ia sebenarnya sudah berkeinginan keluar dari Parampara Praja sejak menjadi anggota dewan pengarah BPIP.

“Kemudian, tak lama setelah itu, setahun (kemudian) saya diangkat menjadi anggota dewan pengarah BPIP. Saya menghadap beliau, saya (menyampaikan) sekarang di dewan pengarah BPIP, ngarso dalem, saya mohon berhenti. (Sultan menjawab) ‘kan boleh merangkap, sudah ndak usah berhenti’. Jadi saya tetap menjadi anggota (Parampara Praja),” katanya.

“Ketika saya menjadi menteri, saya menghadap beliau lagi, ‘Ngarso Dalem, saya sekarang menjadi menteri’, (Sultan menjawab) ‘apa tidak boleh rangkap?’, lalu saya jawab tidak boleh, karena saya sudah menandatangani surat di depan Presiden tidak akan merangkap jabatan apapun yang terkait dengan Pemerintahan,” imbuh Mahfud.

Mahfud mengaku berani menolak permintaan Sultan karena ia ingin konsentrasi dalam menjalankan tugas sebagai Menkopolhukam RI. Namun, Sultan memberi pilihan agar Mahfud tetap menjadi Ketua Parampara Praja tapinon aktif yang akhirnya ia setujui.

Menurut Mahfud, ia tidak bisa menolak permintaan Sultan karena terlalu terkesan dengan Yogyakarta, terutama dengan Sultan. Di mana Sultan adalah sosok yang sederhana dan ketika berdiskusi seperti tidak ada sekat struktural. Terlebi, lanjutnya, Sultan bisa mengimbangi sifat agak kerasnya saat berdiskusi, mengingat Mahfud berasal dari Madura.

“Oleh sebab itu, ketika Ngarso Dalem mengatakan ‘udah tidak usah berhenti, nonaktif saja’ saya tidak bisa menolak pada akhirnya,” ucap Mahfud.

 

Sumber : Detik.com

LEAVE A REPLY