Kelompok Etnis Myanmar Bersatu Lawan Junta Militer

0

Pelita.online – Kelompok etnis Myanmar kini bersatu melawan junta militer yang telah melancarkan kudeta. Kelompok etnis Myanmar berharap untuk membangun Myanmar yang lebih adil dengan sistem federal, dan siap angkat senjata bersama.

Seperti dilaporkan France24.com, Rabu (14/4/2021), kudeta militer Myanmar 1 Februari berhasil menjembatani beberapa perbedaan yang telah lama memisahkan etnis minoritas di Myanmar.

Suku Bamar, Kachin, Chin, Shans dan Karen tiba-tiba mengesampingkan perbedaan mereka untuk fokus pada musuh yang sama: tentara, juga dikenal sebagai Tatmadaw.

Sebelum kudeta, mayoritas etnis Bamar – yang mewakili 80% populasi dan tinggal di dataran tengah – sebagian besar mengabaikan perjuangan 134 kelompok etnis lainnya di negara itu untuk mendapatkan hak negara federal sejak kemerdekaan Myanmar pada tahun 1948.

“Sampai sekarang, nasib minoritas ini tidak pernah benar-benar menarik perhatian Bamar. Beberapa bahkan merasa bahwa pasukan etnis ini adalah penghalang persatuan nasional,” jelas ahli etnologi Bénédicte Brac de la Perrière.

Tetapi kudeta, dan tindakan keras terhadap pengunjuk rasa yang terjadi – menyebabkan sedikitnya 710 orang tewas, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) – ternyata menjadi pengubah permainan.

“Bukannya Bamar membenci etnis minoritas lainnya. Mereka hanya tidak tahu apa yang terjadi di beberapa daerah. Hari ini, semua orang hidup dengan kebrutalan Tatmadaw. Bamars menyadari apa yang kelompok etnis lain alami setiap hari selama ini,” kataThi Zinh, wanita berusia tiga puluh tujuh tahun keturunan Bamar dan Kachin. Dia sekarang tinggal di Finlandia tetapi dibesarkan di Kuktai, di Negara Bagian Shan di utara Myanmar,

Pergeseran ini menjadi lebih signifikan pada akhir Maret, ketika sejumlah kelompok pemberontak etnis mengumumkan bahwa mereka bergabung dengan perjuangan para demonstran melawan junta, menyerukan para pemuda negara untuk bergabung dengan mereka.

Secara keseluruhan, 10 kelompok pemberontak utama negara itu sekarang telah mengumumkan bahwa akan “meninjau kembali” kesepakatan gencatan senjata yang mereka buat dengan tentara pada tahun 2015. Sebelumnya, militer secara efektif menyebarkan perpecahan di antara mereka.

Tindakan kelompok pemberontak telah memicu harapan akan munculnya “tentara federal”, yang akan terdiri dari pemberontak, warga sipil dan juga mungkin pembelot tentara, dalam upaya untuk mengalahkan Tatmadaw.

Sumber: BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY