Kemenkeu Optimistis Sinyal Perbaikan dari Konsumsi

0

Pelita.online – Pemerintah menyebut beberapa sektor menunjukkan sinyal perbaikan dari sisi konsumsi dan investasi. Hal ini membawa optimisme pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kisaran 4,5 persen sampai 5,3 persen pada tahun ini.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, ada hal yang perlu diperhatikan dari rilis Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) mengenai waktu kajiannya. Terbaru IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 4,8 persen menjadi 4,3 persen.

“Yang dilakukan ini adalah analisis awal tahun dan dirilis kemarin. Jadi, kita selalu menggunakan data yang paling update,” ujarnya saat webinar bertajuk Indonesia Macroeconomic Update 2021, Kamis (8/4).

Dari sisi lain, menurut dia, saat ini muncul varian Covid-19 baru contoh beberapa negara di dunia pun tengah mengalami gelombang ketiga pandemi sehingga harus disiplin dalam penanganannya.

“Indonesia cukup disiplin dan tidak ada kenaikan kasus yang melonjak. Kita optimistis meski di tengah ketidakpastian, kita akan pulih signifikan,” ujarnya.

Ke depan, pemerintah yakin pemulihan ekonomi diperkirakan berlanjut karena program vaksinasi terus dipercepat dengan jumlah pasokan yang memadai. Lalu, pemerintah juga yakin APBN bekerja ekspansif juga konsolidatif yang difokuskan untuk melanjutkan penanganan pandemi dan memperkuat pemulihan ekonomi.

Paket kebijakan terpadu Komite Stabilitas Sistem Keuangan untuk meningkatkan pembiayaan dunia usaha juga dilakukan. Terakhir, implementasi reformasi struktural melalui aturan turunan Undang-Undang No 11/2020 tentang Cipta Kerja, Indonesia Investment Authority, dan kelanjutan pembangunan prioritas.

Sementara, Kepala Pusat Kebijakan Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Hidayat Amir memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh sekitar tujuh persen sampai delapan persen pada kuartal dua tahun ini karena adanya akselerasi pemulihan. Adapun proyeksi pertumbuhan level tersebut masih realistis mengingat Indonesia memiliki dasar yang rendah pada kuartal dua tahun lalu, yakni minus 5,3 persen.

Tak hanya itu, berbagai indikator pertumbuhan ekonomi juga terlihat mulai mengalami peningkatan setelah tertekan dampak pandemi yang luar biasa pada tahun lalu, seperti penjualan semen dan kendaraan bermotor.

“Mudah-mudahan beberapa indikator yang muncul, seperti penjualan semen dan kendaraan bermotor, bisa menjadi leading indicator,” ucapnya.

 

Sumber : Republik.co.id

LEAVE A REPLY