Kisah Nabi Muhammad dan Hikmah Isra Mi’raj

0
Masjid Al-Aqsa

Pelita.online — Isra Miraj merupakan salah satu peristiwa penting bagi kehidupan Nabi Muhammad dan juga umat Islam. Peristiwa ini sarat akan hikmah atau pelajaran yang dapat diambil dan sesuai dengan masa kini.

Isra Mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rajab, kalender Hijriah dan diperingati setiap tahunnya. Tahun ini, 27 Rajab jatuh pada Rabu (3/4).

Pada Isra Miraj Nabi Muhammad melakukan perjalanan di malam hari dari Mekkah ke Baitul Maqdis, Palestina hingga langit ke tujuh atau Sidratul Muntaha.  Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-delapan kenabian Rasulullah.

“Isra Mi’raj terdapat di dalam Alquran, salah satunya di awal Surat Al-Isra’. Artinya, Isra Mi’raj ini kejadian yang sangat luar biasa,” kata ustaz Wahyul Afif Al-Ghafiqi kepada CNNIndonesia.com, Selasa (2/4).

Wahyul bercerita sebelum Isra Mi’raj Nabi Muhammad mendapatkan beberapa cobaan dan dilanda kesedihan. Nabi Muhammad ditinggalkan oleh orang yang dicintainya yakni istrinya Khadijah dan orang yang selalu membelanya yakni sang paman Abu Thalib. Tahun ini bahkan dijuluki ‘amul huzni yang berarti tahun kesedihan.

Allah SWT lalu menghibur Muhammad melalui Isra Mi’raj. Perjalanan ini seolah memberi pesan bahwa setelah cobaan yang berat ada kemuliaan yang menanti.

“Allah mencintai orang yang ikhlas. Isra Mi’raj merupakan karunia yang tidak umum, tidak semua hamba Allah mengalami perjumpaan langsung denganNya,”ucap Wahyul.

Saat Isra Mi’raj, Nabi Muhammad melakukan bersama Malaikat Jibril dari Masjidil Haram, Makkah ke Masjidil Aqsha, Palestina. Dalam perjalanan ini Nabi singgah di beberapa lokasi untuk melakukan salat dua rakaat.

Setelah itu, Nabi Muhammad diangkat menuju Baitul Maqdis di langit ketujuh. Saat naik ke langit, Nabi bertemu dengan para malaikat dan nabi-nabi terdahulu. Nabi Muhammad juga menjumpai banyak peristiwa penting.

Di antaranya, Nabi Muhammad ditawari minuman susu dan khamar. Nabi lantas memilih susu.

“Itu artinya Rasul menyukai hal yang suci, menyehatkan dan bersih,” ujar Wahyul.

Di tengah perjalanan ada pula panggilan setan dan iblis serta perempuan yang diibaratkan sebagai godaan dan ujian di dunia. Ada pula peristiwa saat Nabi Muhammad diperlihatkan sekelompok orang yang menggunting lidahnya sendiri.

“Itu merupakan kelompok alim ulama atau penceramah dan juga orang yang ahli berbicara, tapi dia tidak melakukan apa yang dibicarakannya. Ini sesuai dengan konteks hari ini. Orang yang seperti itu masuk dalam golongan orang yang menggunting lidahnya sendiri,” tutur Wahyul.

Saat tiba di Sidratul Muntaha, Muhammad menerima perintah salat pertama kali yakni 50 waktu. Muhammad menerima perintah itu, tapi ia diperingatkan oleh nabi-nabi terdahulu untuk meminta keringanan dan memperhatikan keadaan umat. Akhirnya Nabi Muhammad meminta keringanan perintah salat menjadi lima waktu dalam sehari.

“Saat itu, Rasul masih diminta untuk kembali meminta keringanan. Tapi, beliau tetap berprinsip. Jadi, generasi sekarang pun harusnya tetap mendengarkan nasihat orang terdahulu, tetapi juga memiliki prinsip,” pungkas Wahyul.

Selain itu, saat bertemu dengan Allah, Muhammad menunjukkan hormat dengan membaca awalan doa tahiyat. Allah lalu membalas salam itu dengan memberikan keselamatan dan rahmat kepada Muhammad. Nabi Muhammad kembali membalas dengan mengucapkan doa untuk seluruh hamba yang saleh.

“Rasul membacakan doa untuk umatnya. Artinya tidak egois, tetap memperhatikan umatnya,” ujar Wahyul.

LEAVE A REPLY