Komoditas Tambang Ini Bisa Bikin Bisnis Antam Makin Moncer

0

Pelita.Online – Masa depan bisnis PT Aneka Tambang Tbk dinilai tidak hanya terpaku pada satu sektor usaha seperti emas saja. Tetapi juga sumber daya alam lainnya seperti feronikel. Pengamat Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo optimistis dengan dengan pengembangan bisnis tersebut, kinerja Antam bisa terdongkrak. Sehingga pada akhirnya bisa berkontribusi lebih mendorong perekonomian. “Feronikel, terutama Antam dengan diversifikasi hasil tambang menurut saya memiliki prospek yang menarik,” kata Lucky di Jakarta, dikutip, Senin 31 Januari 2022.

Diketahui, dalam keterangan resminya Antam yang diterbitkan laman Bursa Efek Indonesia (BEI), kinerja bisnis komoditas feronikel Antam cukup menggembirakan. Sebab, selama 2021, Antam mencatatkan produksi feronikel (unaudited) sebesar 25.818 ton nikel dalam feronikel (TNi).

Angka tersebut dinilai relatif stabil jika dibandingkan dengan tingkat produksi feronikel pada tahun 2020. Sementara, volume penjualan produk feronikel Antam di tahun yang sama mencapai 25.992 TNi. Tidak hanya itu, produksi bijih nikel (unaudited) Antam yang digunakan sebagai bahan baku pabrik feronikel dan penjualan kepada pelanggan domestik, juga mencapai 11,01 juta wet metric ton (wmt). Angka tersebut meningkat 131 persen secara tahunan (yoy) dibandingkan dengan tingkat produksi tahun 2020 sebesar 4,76 juta wmt. Kemudian, kinerja penjualan bijih nikel Antam sepanjang 2021 mencapai 7,64 juta wmt, tumbuh 132 persen dari realisasi penjualan di tahun 2020 sebesar 3,30 juta wmt.

Menurutnya, dengan diversifikasi hasil tambang yang dimiliki, sangat memungkinkan bagi Antam untuk dapat menghindari kerugian dan sekaligus meraup keuntungan yang lebih maksimal lagi.  Lucky mencontohkan fenomena pada awal 2020, di mana Antam terancam mengalami pelemahan yang cukup tajam, terutama akibat dampak Pandemi COVID-19. Namun situasi itu berubah dan Antam kembali menguat karena sektor usaha yang dilakukan juga mengalami peningkatan, termasuk di sektor feronikel dan emas. “Kita ingat awal tahun 2020 Antam kondisi yang melemah, tapi dia berhasil menguat, karena selain feronikel juga dipicu harga emas saat itu tertinggi sepanjang sejarah di Antam, itu US$2.039,77 per troy ounce,” jelasnya.

Lucky juga menjelaskan, beragam keuntungan yang didapat Antam dengan produksi feronikel dan sektor lainnya. Sektor ini kata dia, dapat menjadi pengganti ketika satu sektor mengalami penurunan dan pelemahan. “Untuk feronikel, dari hasil tambang yang dilakukan beberapa produsen hasil tambang, persoalan apakah signifikan atau tidak, tentu para miner memiliki diversifikasi atau beberapa produk lain, produk subsitusi untuk mendukung kinerja fundamental,” jelasnya. “Jadi saya melihat dengan produksi feronikel, Antam memiliki produk lain sebagai subsitusi atau pengganti kinerja fundamental, apabila salah satu produknya memiliki koreksi.”

Ketika ditanya terkait saham Antam yang masih cenderung naik-turun di awal tahun 2022, Lucky Bayu santai saja menjawabnya. Ia mengaku sama sekali tidak khawatir dengan kondisi tersebut. Sebab pelemahan belakangan ini bersifat hanya temporal saja. “Jadi menurut saya, justru saya melihat Antam dalam kondisi discount. Jadi pelemahan ini dimaknai sebagai koreksi temporer, peraturan kan bisa mengalami perubahan,” ungkapnya.  “Contoh, kebijakan-kebijakan yang sudah ada di sektor komoditi apakah itu pajak ekspor-impor di industri Kelapa Sawit, apakah DMO (domestik market obligation) di batu bara, itu kan mengikuti dinamika di sektor. Jadi pandangan saya, sentimennya ini temporer,” tambahnya.

sumber :viva.co.id

LEAVE A REPLY