Konferensi Asia Afrika Beserta Sejarah, Pembahasan, Manfaat, dan Makna

0

Pelita.Online – Konferensi Asia Afrika (KAA) merupakan sebuah konferensi yang dilakukan oleh negara-negara di Asia dan Afrika yang sebagian besar baru memperoleh kemerdekaan mereka. Negara-negara sebagai penyelenggara KAA diantaranya adalah Indonesia, Myanmar, Sri Lanka, India dan Pakistan. Pada 60 tahun lalu KAA digelar dan dihadiri oleh perwakilan dari 29 negara Asia dan Afrika di Bandung. Pertemuan besar tersebut menjadi pertemuan yang historis dan sebagai bentuk upaya untuk menggalang solidaritas dan kerjasama dengan negara-negara yang baru saja merdeka.

Sejarah Konferensi Asia Afrika

Konflik baru muncul setelah perang Dunia II yang berakhir pada tahun 1945 yang datang di antara dua blok yang berisi negara-negara yang tadinya bersekutu dan kemudian menjadi perang yang disebut dengan Perang Dingin. Blok tersebut terdiri dari blok Barat yang dimotori negara Amerika Serikat (AS) dengan Uni Soviet yang melibatkan banyak negara lainya terutama negara dunia ketiga di Asia dan Afrika.

Banyak negara yang berhasil memperoleh kemerdekaannya setelah PD II, tapi tak sedikit juga yang masih berjuang seperti negara-negara di benua Afrika. Di negara Indonesia sendiri pun penjajahan masih mempermasalahkan sengketa soal Papua meskipun sudah merdeka. Bahkan PBB yang menjadi badan internasional pun tidak menjanjikan dapat menyelesaikan permasalahan tersebut.

PBB jelas lebih mewadahi kepentingan para pendirinya sebagai badan yang dibentuk oleh negara-negara yang memenangi perang. Negara-negara tersebut juga sudah terpecah menjadi dua blok dengan kepentingan masing-masing. Sehingga bagi negara-negara kecil yang masih terjajah dan baru merdeka sangat sulit suaranya untuk didengar bila tidak mendapatkan dukungan dari salah satu blok. Hal tersebut tentunya membuat mereka berpotensi untuk ikut dalam arus kepentingan dari kedua blok.  Untuk menyatukan suara beberapa negara yang baru merdeka melakukan cara dengan menggalang persatuan. Kemudian diadakan pertemuan lima negara yang digelar di Kolombo, Sri Lanka pada pada 28 April – 2 Mei 1954 yang dikenal dengan sebutan Konferensi Kolombo. Kelima negara tersebut terdiri dari negara Sri Lanka, Indonesia, India, Pakistan dan Myanmar.

Dari pertemuan tersebut lahir sebuah kesepakatan untuk melanjutkan konferensi selanjutnya untuk digelar dengan mengikutsertakan negara-negara lain di benua Asia dan Afrika. Pada  28-31 Desember 1954 pertemuan selanjutnya digelar di Bogor guna mempersiapkan konferensi yang akan digelar di Bandung pada 18-25 April 1955 yang disebut sebagai Konferensi Asia Afrika (KAA). Konferensi yang digelar di Gedung Merdeka, Bandung tersebut dihadiri oleh 29 negara yang termasuk 6 dari Afrika.  Negara-negara tersebut diantaranya adalah Afghanistan, Arab Saudi, China, Etiopia, Filipina, Ghana, Iran, Irak, India, Indonesia, Jepang, Kamboja, Laos, Libanon, Liberia, Libya, Mesir, Myanmar, Nepal, Pakistan, Suriah, Sri Lanka, Sudan, Thailand, Turki, Vietnam, Yaman dan Yordania.  Dari hasil KAA tersebut kemudian menghasilkan sebuah kesepakatan penting yang dimana negara-negara Asia Afrika akan melakukan kerjasama. Kesepakatan tersebut dirumuskan menjadi 10 poin yang dikenal sebagai Dasasila Bandung.

Kemudian gagasan berikutnya berkembang dari KAA pada periode selanjutnya melalui Gerakan Non Blok. Gerakan tersebut merupakan sikap yang mencerminkan politik bebas aktif dan menolak terseret dalam blok yang bermusuhan. Gerakan tersebut diambil oleh Indonesia dan negara-negara lain yang ada dalam KAA.

Pembahasan dalam KAA

Target dari konerensi besar ini adalah melahirkan tiga dkumen yang disepakati oleh negara selatan-selatan. Para pejabat tinggi yang terdiri dari 109 negara dalam pertemuan setingkat Direktoral Jenderal membahas mengenai tiga dokumen yang nantinya setelah KAA digelar akan dikeluarkan.  Ketiga dokumen tersebut diantaranya seperti Pesan Bandung, Upaya Mengintegrasikan Ulang Kemitraan Asia-Afrika dan Deklarasi Kemerdekaan Palestina. Sebelum dibawa ke Jakarta, tiga draf dokumen tersebut diketahui sudah lebih dulu dibahas di New York dengan perwakilan tetap RI yang berada di New York. Ketiga dokumen tersebut kemudian 90 persennya di Jakarta.

Pada dokumen Pesan Bandung tersebut berisi visioner yang mengedepankan kerja sama baru dan konkret. Dalam pesan ini akan banyak disinggung mengenai masalah yang secara menyeluruh terkait dengan hal-hal yang dapat dilakukan oleh negara-negara Asia Afrika.  Sementara dokumen selanjutnya yakni upaya mengintegrasikan ulang kemitraan Asia-Afrika didasarkan pada tiga pilar. Solidaritas politik seperti demokrasi, HAM, reformasi PBB, perdamaian, dan sinergi organisasi regional menjadi pilar yang pertama. Kerja sama ekonomi yang berbasis maritim, berkelanjutan, konektivitas dan mobilitas bisnis menjadi pilar yang kedua. Lalu, hubungan sosial-budaya seperti hubungan orang per orang, pemberdayaan perempuan, media, mitigasi bencana, migrasi dan pemuda menjadi pilar yang ketiga.  Pembaruan terkait dokumen Reinvigorating The New Asian-African Strategic Partnership (NAASP) juga dibahas dalam pertemuan ini. NAASP sendiri dideklarasikan  pertama kali pada KTT Asia Afrika pada tahun 2005 lalu. Hasil deklarasi NAASP tersebut nantinya akan menjadi penguatan solidaritas, persahabatan dan kerja sama.

Mengutip dari Viva, review perkembangan kerja sama NAASP 10 tahun terakhir dan mendorong kerja sama konkret utamanya di delapan fokus area NAASP seperti terorisme, organisasi kejahatan transnasional, keamanan pangan, keamanan energi, kerja sama universitas di Asia-Afrika dan lainnya.

Dukungan kepada Palestina juga dideklarasikan dan difokuskan dalam konferensi akbar ini.  Secara konsisten negara-negara Asia-Afrika akan mendukung hak-hak dasar yang seharusnya didapatkan oleh warga Palestina dan pendirian negara Palestina.

Manfaat KAA bagi Indonesia 

Dengan adanya KAA Indonesia dapat memanfaatkannya dengan menawarkan beberapa kerja sama kepada negara-negara yang ada di Asia dan Afrika. Misalnya kerja sama dalam bidang ekonomi karena kebutuhan setiap negara tentunya berbeda-beda sehingga dapat saling menguntungkan, terutama ekspor Indonesia yang dapat semakin meningkat. Kerja sama akan lebih mudah terjalin pada negara yang menjadi anggota KAA karena masing-masing negara tersebut memiliki sejarah dan perkembangan yang sama.

Makna KAA tahun 1995

Saat ini Konferensi Asia Afrika (KAA) menjadi refleksi dari konferensi yang digelar pada 60 tahun lalu. Negara-negara Asia Afrika yang pada saat itu disebut sebagai negara ketiga mencoba mengumpulkan persatuan dan mengumpulkan kekuatan untuk memposisikan diri dan mengedepankan perdamaian serta kemerdekaan.  Seperti yang diketahui bahwa pada saat itu kemerdekaan baru saja diperoleh oleh sebagian besar negara-negara Asia Afrika. Pada saat Indonesia menyelenggarakan KAA bersama dengan Myanmar, Sri Lanka, India dan Pakistan yang koordinasinya dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Indonesia yakni Sunario.

Konferensi Asia Afrika yang digelar di di Gedung Merdeka, Bandung berlangsung pada 18 April hingga 24 April 1955. Pertemuan tersebut bertujuan untuk mempromosikan kerja sama ekonomi dan kebudayaan Asia-Afrika. Selain itu juga untuk melawan kolonialisme atau neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet dan negara imperialis lainnya.  Dalam pertemuan tersebut ada sebanyak 29 negara yang mengirimkan perwakilannya untuk turut dalam KAA. Hingga akhirnya melahirkan hasil kesepakatan yang disebut sebagai Dasasila Bandung. Kesepakatan tersebut untuk mendapatkan hak hidup sebagai bangsa yang merdeka dengan membangunkan kesadaran baru bagi bangsa-bangsa Asia, Afrika dan Amerika Latin.  Pada saat itu tantangan baru dihadapkan pada negara-negara yang baru saja merdeka dengan rivalitas dua blok besar, yakni Blok Barat dan Blok Timur. Kemudian muncul Gerakan Non Blok yang dipelopori oleh Indonesia. Hal itu menandakan bahwa Indonesia pernah mengukir prestasi yang gemilang di dunia dengan berani menyuarakan suatu tatanan baru.  Itulah penjelasan lengkap tentang Konferensi Asia Afrika lengkap mulai dari sejarah, pembahasan yang ada di dalamnya, manfaat KAA bagi Indonesia dan makna dari KAA itu sendiri. Semoga Indonesia senantiasa selalu menjadi negara yang mengedepankan kedamaian dan terhindar dari pertikaian.

sumber : viva.co.id

LEAVE A REPLY