Laporan WNI soal Situasi Prancis: Lockdown dan ‘High Alert’

0

Pelita.online – Beberapa hari lalu, aksi penyerangan warga kembali terjadi di Prancis. Kali ini terjadi di sekitar Gereja Notre Dame Basilica, Nice pada Kamis (29/10) pagi waktu setempat. Tiga orang tewas akibat penyerangan itu dan satu di antaranya dipenggal oleh pelaku.

Menurut seorang Warga Negara Indonesia yang tinggal di Paris, Angel Hutagalung, situasi di Paris dan Nice saat ini berada dalam status high alert (kewaspadaan tinggi) atau under attack (berada di bawah serangan) sebagai respons terhadap dua kasus, yakni serangan virus corona dan serangan teror.

“Kondisi saat ini di Paris dan juga Nice bisa dikatakan France dalam status high alert or under attack. Negara ini sedang mengalami dua kasus: Lockdown per hari Jumat ini sampai pertengahan Desember karena kasus Covid yang makin tidak terkendali, dan juga teror attack,” kata Angel kepada CNNIndonesia.com melalui pesan singkat, Jumat (30/10) malam.

Sebelumnya, pada Kamis (28/10) dini hari, Angel menginformasikan bahwa tempat-tempat ibadah setempat dijaga ketat oleh para petugas keamanan.

“Per hari ini, tempat-tempat religius dijaga ketat juga,” ujar Angel saat itu.

Melansir France 24, Rabu (27/10), 
viewed Prancis meningkatkan keamanan di tempat ibadah 
setelah Menteri Dalam Negeri Prancis pada Selasa mengatakan bahwa negara itu menghadapi risiko ancaman teroris yang “sangat tinggi”.

Namun tepat sehari setelahnya, serangan teror justru terjadi di wilayah Nice. Menurut Angel, dia memang melihat banyak polisi yang berjaga, tapi ia hanya melihatnya di sekitar Paris.

“Situasi ini (peningkatan keamanan) aku lihatnya di Paris, memang banyak sekali polisi-polisi. Nah, kejadian yang kemarin pagi adalah di kota Nice, sekitar 9 jam driving dari Paris. Aku gak bisa menjawab detail hal ini, jadi sepertinya baru kemarin pemerintah sini betul-betul mengatakan under attack negara ini,” terang perempuan yang telah bermukim di Paris selama 2,5 tahun itu.

Hal senada juga diutarakan oleh WNI di Paris lainnya, Astari Suhana. Dia menuturkan situasi di Nice saat ini masih terus diawasi oleh aparat keamanan. Pemerintah setempat juga meminta agar semua tempat ibadah dilindungi oleh polisi.

“Situasi saat ini di Nice masih terus diawasi oleh aparat keamanan dan pemerintah meminta agar semua tempat beribadah apa pun agamanya minta dilindungi oleh Polisi. Tingkat kewaspadaan di Prancis di naikkan oleh Perdana Menteri,” kata Astari kepada CNNIndonesia.com melalui pesan tertulis, Jumat (30/10) malam.

Pembunuhan brutal di Nice terjadi hanya berselang dua pekan sejak kasus pemenggalan kepala yang menimpa Samuel Paty pada Jumat (16/10) lalu oleh seorang ekstremis, setelah Paty membahas karikatur Nabi Muhammad kepada murid-muridnya selama pelajaran tentang kebebasan berbicara.

People lights candle outside the Notre-Dame de l'Assomption Basilica in Nice on October 29, 2020 in tribute to the three victims of a knife attacker, cutting the throat of at least one woman, inside the church of the French Riviera city. (Photo by Valery HACHE / AFP)Foto: AFP/VALERY HACHE
Simpati untuk korban pembunuhan di Prancis

 Berdasarkan keterangan Jaksa anti-teror Prancis, Jean-Francois Ricard, pelaku pembunuhan di Nice membawa salinan Alquran serta tiga pisau.

Pelaku merupakan laki-laki Tunisia berusia 21 tahun yang baru tiba di Prancis pada awal Oktober 2020. Ia datang ke Eropa dengan kapal migran melalui Pulau Lampedusa, Italia pada akhir September lalu. Ia mengaku sebagai Brahim Aouissaoui.

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY