Lebih dari 80 Tewas dalam Bentrokan di Sudan

0

Pelita.online – Lebih dari 80 orang tewas dalam bentrokan yang terjadi dalam dua hari belakangan di Darfur, Sudan.

Pergolakan itu terjadi dua minggu setelah misi penjaga perdamaian berakhir. Tindak kekerasan ini menjadi pertempuran paling signifikan yang sempat dilaporkan. Meski perjanjian damai telah dilakukan pada Oktober lalu.

Perjanjian damai itu diharapkan akan mengakhiri perang yang telah terjadi bertahun-tahun dan membuat wilayah barat negara itu dibanjiri senjata.

Kekerasan dilaporkan dipicu oleh adu domba antara kelompok etnis Arab dengan suku non-Arab di El Geneina, ibu kota negara bagian Darfur Barat. Perselisihan lokal itu lantas berkembang menjadi pertempuran yang lebih luas antara milisi.

“Korban tewas akibat peristiwa berdarah yang terjadi di El Geneina, ibu kota Negara Bagian Darfur Barat, telah meningkat sejak Sabtu pagi … menjadi 83 orang tewas, dan 160 luka-luka termasuk dari angkatan bersenjata,” kata Komite Sentral Dokter Sudan, seperti dikutip AFP.

Otoritas Sudan telah memberlakukan jam malam di seluruh negara bagian di Darfur Barat, sementara pemerintah Khartoum mengirimkan delegasi “profil tinggi” untuk membantu mengatasi situasi tersebut.

Mengutip persatuan dokter, kantor berita SUNA yang dikelola negara mengatakan korban kemungkinan akan meningkat seiring pertempuran berlanjut.

Cabang serikat pekerja setempat juga mengatakan fasilitas kesehatan harus diamankan dan transportasi disediakan bagi petugas medis untuk membantu yang terluka.

Pada Minggu, kepala badan yang berkuasa di Sudan, Panglima Angkatan Darat Jenderal Abdel Fattah al-Burhan, bertemu dengan para kepala keamanan untuk membahas pergolakan tersebut.

Mereka memutuskan untuk mengirim bala bantuan ke wilayah tersebut untuk mengamankan warga sipil dan infrastruktur utama.

Pada tanggal 31 Desember, Misi Uni Afrika Persatuan Bangsa-Bangsa di Darfur (UNAMID) secara resmi mengakhiri operasi 13 tahun di wilayah tersebut.

Direncanakan penarikan pasukan dilakkan bertahap dari sekitar 8.000 personel bersenjata dan sipil selama enam bulan.

Pemerintah Sudan “akan mengambil alih tanggung jawab atas perlindungan warga sipil” di Darfur, kata UNAMID saat mandatnya berakhir.

Khawatir akan kekerasan yang mematikan, warga Darfur melakukan protes pada akhir Desember menentang kepergian UNAMID.

Pada akhir Desember, sempat kembali terjadi bentrokan di negara bagian Darfur Selatan. Peristiwa ini menewaskan sedikitnya 15 orang dan puluhan luka-luka. Sehingga, mendorong pemerintah untuk mengirim pasukan ke daerah itu.

Darfur adalah tempat konflik pahit yang meletus pada tahun 2003, menyebabkan sekitar 300.000 orang tewas dan 2,5 juta orang mengungsi, kata PBB.

Pertempuran meletus ketika pemberontak etnis minoritas bangkit melawan pemerintah yang didominasi Arab di Khartoum, yang menanggapi dengan merekrut dan mempersenjatai milisi terkenal yang didominasi Arab yang dikenal sebagai Janjaweed.

Konflik utama telah mereda selama bertahun-tahun tetapi bentrokan antar etnis dan suku masih berkobar secara berkala.

Penggembala Arab nomaden kerap jadi sasaran adu domba melawan petani menetap dari kelompok etnis non-Arab. Kekerasan seringkali berpusat pada kepemilikan tanah dan akses ke air.

Asosiasi Profesional Sudan mengatakan kekerasan di Darfur Barat menunjukkan kesepakatan damai belum menjawab akar permasalahan.

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY