Maju Mundur Ridwan Kamil Masuk Parpol

0

Pelita.Online – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil hingga kini belum terdaftar sebagai kader atau anggota partai politik manapun. Sikap tersebut memang sudah dia ambil sejak pemilihan wali kota Bandung pada 2013 dan berlanjut di Pilkada Jabar pada 2018 lalu. Prinsip Tak Masuk Parpol Tokoh yang akrab disapa Kang Emil itu menyampaikan bahwa dia berprinsip, kalau bisa, ia tidak masuk partai politik. Alasannya karena dia melakukan itu saat jadi Wali Kota Bandung dan membuat posisi lebih diterima oleh banyak pihak dan banyak warna.

Jelang pemilihan gubernur dan wakil gubernur Jabar, Emil sempat menyatakan kalau di Bandung dia melakukan itu, kenapa tidak di Pilgub Jabar. Walaupun jika tidak ada pilihan, tidak menutup kemungkinan dia akan masuk ke partai politik juga suatu ketika. Karena katanya, hidup harus memilih. “Bukan tidak mungkin saya masuk juga, tapi opsi pertama kalau bisa saya independen dulu sikapnya bukan proses politiknya,” kata Emil beberapa tahun silam.

Empat tahun sudah berjalan, dan kini, Emil dihadapkan pada situasi kontestasi politik yang lebih tinggi lagi yaitu pemilihan presiden 2024. Pilpres tentu lebih rumit dibandingkan dengan pemilihan kepala daerah yang pernah Emil ikuti. Partai-partai politik tentu ingin mengusung kader mereka sendiri, entah sebagai calon presiden, atau wakil presiden. Hal itu salah satunya terkait dengan coat-tail effect alias efek ekor jas. Dengan mengusung kader sendiri di pilpres, partai-partai itu bisa mendapatkan dampak positif dengan meningkatnya jumlah pemilih mereka untuk pemilihan legislatif.

Oleh karena itu, bisa saja, inilah waktu baginya untuk menceburkan diri menjadi anggota atau kader salah satu partai politik.

Tahun Depan

Dalam suatu kesempatan, belum lama ini, Emil menyatakan akan masuk ke Partai Nasdem tahun depan alias 2022. Namun demikian, dia kembali belum memberikan kepastian. “Sesuai janji kan tahun depan, salah satu pilihan utama ya antara lain Partai NasDem, tapi belum saya putuskan,” kata dia.

“Jangan ditagih sekarang, istikhorohnya belum. Apapun nanti takdir Tuhan, mencipta karya itu akan menyertai hidup saya,” lanjut Emil. Emil melanjutkan pilihan untuk masuk ke partai politik itu juga tidak ditentukan oleh survei. Dia mengatakan survei itu naik turun sehingga tidak bisa jadi patokan dalam bersikap.

Partai Pancasilais Meskipun demikian, dalam kesempatan yang lain, saat berbicara di FISIP UGM, Emil kembali membuka tipikal partai seperti apa yang akan dia masuki. Dia menyebut partai itu adalah partai yang Pancasilais. “Saya sudah putuskan tahun depan akan masuk parpol. Warna yang mana apakah warna taplak ini (kuning), warna baju satpam (biru) atau hijab merah, saya belum tahu,” kata dia. Politikus kelahiran Bandung, 4 Oktober 1971, itu menegaskan bahwa partai yang paling Pancasilais yang akan dia masuki. Sebab, menurutnya, Pancasila harga mati.

Tidak boleh terlalu kiri, tidak boleh terlalu kanan. Dia menyebutnya politik jalan tengah.

Diminta Tegas

Anggota DPR dari Fraksi Nasdem sekaligus Anggota Dewan Pakar DPW Nasdem Jawa Barat, Muhammad Farhan, meminta Emil tidak setengah-setengah dalam mencari dukungan partai maupun publik. Dia pun mendesak dia segera bergabung ke partai politik.

“Saya pribadi sangat mendorong RK (Ridwan Kamil) masuk partai. Karena, partai menegaskan identitas politiknya dan RK bisa menjadi sumber inspirasi pengembangan partai modern,” ujar Farhan.
Menurut Farhan, kompetisi di Pilpres 2024 tidak mudah. Banyak tokoh lain yang kemungkinan menjadi pesaing Emil seperti Ganjar Pranowo, Sandiaga Uno, atau Anies Baswedan. Oleh karena itu, lanjut dia, penting bagi Emil untuk menunjukkan identitas politiknya. Dia mengatakan bagaimanapun Emil memiliki basis politik khususnya di Jawa Barat. Dia menilai RK, sapaan akrab Ridwan Kamil yang lain, bisa masuk dalam kombinasi nasionalis dan religius kemudian memenangkan kompetisi.

“RK hanya perlu menegaskan sikap,” kata Farhan. Di pihak lain, sejauh ini, setidaknya ada tiga partai politik yang secara terbuka membuka diri terhadap Ridwan Kamil. Mereka adalah Nasdem, Golkar, dan PPP. Meski demikian, publik masih belum tahu partai mana yang akan dipilih oleh Emil.

Anomali Politik

Salah satu sumber VIVA.co.id di kalangan politikus, mengeluhkan sikap Ridwan Kamil tersebut. Dia menyebut Emil sebagai sosok yang introvert atau suka menyendiri dan kurang bagus dalam komunikasi dengan partai politik. Dalam suatu kesempatan, suatu partai politik memberikan syarat kepada Emil agar bisa datang ke acara hari ulang tahun mereka. Yaitu, Emil harus mengambil kartu tanda anggota. “Sampai hari H, Ridwan Kamil pun belum mengambil kartu kadernya,” kata sumber tersebut kepada VIVA.co.id.

Meskipun pilpres adalah kontestasi dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi dari pilkada, Emil tetap dengan gayanya itu. Tarik ulur dalam masuk ke partai politik. Bahkan, dia menyiratkan pilihannya tidak hanya pada satu partai. Ibarat lukisan, yang didominasi banyak warna dari merah, kuning, biru sampai hijau. Ridwan Kamil pun dinilai memunculkan anomali atau keanehan politik. Lebih lanjut, sang sumber tersebut menilai salah satu faktor yang menyebabkan Emil terus konsisten bersikap seperti itu bisa saja adalah tim komunikasinya yang tidak jalan.

sumber : viva.co.id

LEAVE A REPLY