Makan Siang Muram di Restoran Sushi Tokyo

0

Pelita.online – Di pasar ikan Tsukiji di Tokyo, restoran sushi yang biasanya dipenuhi turis kini terlihat kosong melompong akibat wabah virus corona yang ikut menghancurkan pariwisata Jepang.

Hiroshi Ota (61), mengatakan hampir tiga perempat pelanggannya adalah turis Tiongkok. Namun kini keberadaan mereka nihil, setelah pemerintah Jepang menetapkan masa karantina selama dua minggu bagi orang yang baru datang dari China dan Korea Selatan.

“Semuanya terasa normal sampai sekitar Desember, tetapi setelah itu orang-orang berhenti datang dari China selama Tahun Baru Imlek. Jalan-jalan dan toko-toko di sini hampir kosong,” katanya seperti yang dikutip dari AFP pada Selasa (10/3).

Toko tuna di sebelah restorannya telah ditutup sementara karena tidak ada pelanggan dan biaya operasional tetap tinggi, katanya.

Toko-toko yang biasanya ramai saat makan siang juga ikut menutup pintunya.

Noriko Suzuki (63) yang menjual bulu babi dan tiram di pasar, mengatakan, “Saya belum melihat seorang pun di jalanan pagi ini.”

Ia juga mengeluh tentang sepinya pengunjung, terutama dari China.

Perdana Menteri Shinzo Abe telah menetapkan target 40 juta wisatawan untuk mengunjungi Jepang pada tahun 2020, ketika negara itu bersiap menjadi tuan rumah Olimpiade dan Paralimpiade.

Tetapi virus corona yang menginfeksi lebih dari 110 ribu orang di seluruh dunia, termasuk lebih dari 500 di Jepang, telah meredam pariwisata di seluruh dunia, sekaligus memberikan tanda tanya pada penyelenggaraan Olimpiade itu sendiri.

Menurut Organisasi Pariwisata Nasional Jepang (JNTO), pengunjung dari Korea Selatan dan China menyumbang sekitar setengah dari total turis mancanegara sepanjang tahun 2018.

Kunjungan turis mancanegara telah turun secara signifikan dari Korea Selatan – turun 64 persen pada November 2019 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya – ketika Tokyo dan Seoul terlibat dalam perang dagang.

Dampak besar

Pemandangan turis China dan Korea “telah menghilang” dari jalanan, kata seorang wanita yang menjual makanan di Senso-ji, sebuah kuil di Tokyo yang merupakan salah satu objek wisata terbesar di ibukota.

Jalan-jalan yang biasanya penuh sesak terlihat jauh lebih senyap dari biasanya, kata seorang pedagang di sebuah toko tas di jalan yang mengarah ke kuil.

“Kita harus segera mengakali kondisi saat menggembar-gemborkan soal virus. Itu menimbulkan perasaan negatif dan juga mempengaruhi bisnis yang sebenarnya baik-baik saja,” kata wanita itu.

Di pulau utara Hokkaido, geliat pariwisata telah lesu karena wabah virus corona, kata Masahi Isobe, dari kantor pariwisata setempat.

“Turis Tiongkok menyumbang lebih dari seperempat jumlah turis mancanegara ke Hokkaido. Dengan langkah antisipasi virus corona dari pemerintah, tidak akan ada pengunjung Tiongkok atau Korea ke sini dalam waktu dekat dan ini akan membuat dampak besar,” katanya kepada AFP.

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY