Masalah Dualisme GMNI, Ini Penjelasan Kubu Arjuna soal Kongres Ambon

0

Pelita.online – Gerakan Makasiswa Nasional Indonesia (GMNI) kubu Ketua Umum Imanuel Cahyadi telah menyampaikan penjelasan soal dualisme organisasinya. Kini giliran GMNI kubu Ketua Umum Arjuna Putra Aldino yang menyampaikan penjelasannya.

Suara Mahasiswa detikcom menerima penjelasan dari Ketum GMNI Arjuna Putra Aldino dan Sekretaris Jenderal GMNI M Ageng Deny S dalam bentuk keterangan tertulis, Kamis (8/4/2021).

GMNI Arjuna menjelaskan kronologi peristiwa yang mengawali dualisme tersebut, yakni Kongres XII GMNI di Ambon, pada 2019 lalu. Mereka menyatakan Kongres dengan tema kemaritiman itu diwarnai kekerasan dan intimidasi.

Saat ini, GMNI Arjuna merupakan GMNI yang mendapat Surat Keputusan (SK) dari Kementerian Hukum dan HAM, dengan nomor SK yakni AHU-0000510.AH.01.08 Tahun 2020.

Berikut adalah keterangan lengkap dari GMNI Arjuna:

Kronologi Kongres Kemaritiman GMNI Ke-XXI Ambon: Kekerasan dan Intimidasi

Acara yang besar nan megah beradu gagasan, ide dan konsep serta pandangan gerakan kedepan sebagai organisasi gerakan, kiranya itulah yang di harapkan dari 146 DPC dan DPD se Indonesia mengenai kongres GMNI. Dengan mengakat tema “Kemaritiman” Kongres ke XXI GMNI yang sebelumnya direncanakan tanggal 20-24 November 2019 di Ambon mengalami perubahan jadwal menjadi 28 November dan selesai 2 Desember 2019.

Namun harapan bahwa kongres berjalan baik dan penuh idealisme, tidak sesuai dengan harapan. Penuh intimidasi dan kekacauan itulah yang terjadi. Sejak pembukaan, Kamis 28 November 2019 di Islamic Center kota Ambon, kurang lebih dari jam 09:30 dan selesai 14:00 WIT berjalan dengan lancar. Secara resmi acara di buka oleh Menteri Sosial Juliari Peter Batubara, dalam pembukaan itu pesan yang disampaikan kepada GMNI sebagai organisasi agar GMNI tanggap dan responsif terhadap pengentasan kemiskinan.

Hadir juga ketua DPP Persatuan Alumni GMNI Ahmad Basarah yang yang menyampaikan pesan kepada GMNI dengan mengharapkan kongres GMNI untuk merumuskan strategi perjuangannya agar GMNI dapat menjadi perekat bangsa dengan membumikan pancasila dan sasanti Bhinneka Tunggal Ika sebagai ideologi dan prinsip berbangsa dan bernegara yang menjadi living ideology. Selesai sudah acara pembukaan hari pertama.

Memasuki hari ke-2, Jum’at 29 November 2019, Kongres yang bertempat di Kristen Center dan direncanakan akan di mulai pukul 13:00 selesai 23:00 WIT sampai pukul 18:00 WIT persidangan juga belum di mulai. Panitia masih sibuk melakukan registrasi terhadap peserta sidang, proses verifikasi yang lama serta adanya penolakan terhadap beberapa SK membuat suasana forum mulai panas, ditambah lagi adanya gesekan antara peserta dan panitia, forum mulai terlihat tidak kondusif. Bahkan sampai pukul 20:41 WIT yang seharusnya sudah memasuki sidang pleno III ternyata persidangan juga belum di buka.

Setelah mengalami kemunduran yang sangat lama, kurang lebih pukul 20:41 WIT forum berubah menjadi kacau (chaos). Beberapa meja dan kursi hancur, forum berantakan sebagai mana video yang beredar tanggal 29 November malam. Penyebab kekacauan ini dikarenakan adanya interupsi dari peserta padahal persidangan belum dibuka dan dimulai. Setelah itu kurang lebih satu jam setengah panitia lokal juga belum bisa membuat forum persidangan kondusif, keadaan ini membuat beberapa peserta mulai meninggalkan ruangan, sampai pukul 23:42 WIT sebagian peserta bahkan sudah tidak ada di arena kongres.

Melihat situasi ini akhirnya persidangan di-pending sampai besok. Sidang pleno yang seharusnya membahas dan mengesahkan peserta, peninjau kongres serta Rundown Acara dan tatib Kongres XXI GMNI tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sabtu 30 November 2019, Sejak pagi sampai malam lagi kurang lebih jam 19:00 WIT, bahkan lebih parah persidangan yang di-pending tadi malam belum juga di mulai. Peran panitia lokal yang ditugaskan sebagai pelaksana tidak berjalan dengan baik. Sebagai penyelenggara yang seharusnya menyiapkan kelengkapan sidang malah tidak terjadi, salah satu penyebab kenapa sidang belum dimulai karena palu persidangan hilang.
Kurang lebih antara pukul 19:00 sampai 20:00 WIT situasi ini membuat salah satu PA GMNI Ambon juga turun ke arena kongres dan mempertanyakan palu sidang yang ternyata tidak di arena kongres. Setelah 15 menit barulah panitia menyerahkan palu kepada salah satu PA dilanjutkan dengan penyerahan langsung palu sidang kepada Ketua dan Sekjen DPP GMNI di halaman parkiran gedung kongres dilengkapi pesan seperti video yang beredar 30 November kepada Ketua dan Sekjen.

“Bahwa palu yang saya berikan malam ini harus dituntaskan sebelum tanggal 2, lewat dari tanggal 2 kami tidak bertanggung jawab sedikit pun terhadap kalian. Sebab kalau lewat tanggal 2 saudara mau di air laut atau udara atau apapun kami tidak bertanggung jawab. Jadi dengan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, saya serahkan palu sidang ini untuk Ketua dan Sekjen,” kata PA tersebut.

Setelah itu barulah persidangan yang sudah mundur sangat lama bisa di mulai. Forum kembali kacau, bahkan lebih parah dari malam sebelumnya sampai terjadi pemukulan terhadap peserta oleh panitia keamanan, yang di malam itu semakin agresif. Meskipun forum tidak kondusif, namun persidangan tetap berjalan dan dipimpin langsung oleh DPP. Kurang lebih pukul 20:45 WIT pembahasan sidang pleno I sampai III dengan membahas dan mengesahkan peserta, peninjau serta Rundown Acara dan tatib Kongres XXI GMNI selesai dan sah.

Karena persidangan sudah tertunda dari jadwal yang ditentukan, kurang lebih pukul 20:52 WIT forum melanjutkan sidang pleno IV dengan agenda pemilihan pimpinan sidang pleno kongres XXI GMNI. Dinamika yang terjadi dengan banyaknya interupsi membuat forum tidak kondusif kemudian terjadi kekacauan lagi. Meskipun begitu forum persidangan terus berjalan, voting dengan calon paket menghasilkan paket Cabang Malang-Jambi-Samarinda mendapatkan 2 suara. Paket cabang Jambi-Fak Fak-Pringsewu mendapatkan 1 suara. Paket Cabang asahan-Labuhan Batu-Ogan mendapatkan 1 suara. Paket Cabang Sorong-Ambon-Taput mendapatkan satu suara.

Paket Cabang Halut-Manado-Ambon, dan paket Cabang Asahan-Sorong-Ambon, paket Cabang Halut-Taput-Ogan, paket cabang Halut-Ogan-Manado, paket cabang Labuhan Batu-SorongAmbon, paket cabang Taput-Ambon-Sorong semua masing-masing mendapatkan 1 suara. Sedangkan paket Cabang Sorong-Taput-Ambon dan paket Cabang Malang-Samarind-Jambi mendapatkan 2 suara. Suara terbanyak didapatkan paket cabang Halut-Manado-Ogan mendapatkan 67 suara dan kedua suara terbanyak paket Cabang Taput-Sorong-Ambon mendapatkan 64 suara Namun hasil ini terjadi penolakan dari beberapa peserta dan meminta hitung ulang, bahkan pemilihan ulang. Sampai Minggu pagi 02:33 forum juga belum kondusif akhirnya di pending sampai dengan pukul 10:00 pagi WIT. Para peserta kembali ke hotel dan meninggalkan arena kongres.

Minggu, 1 Desember 2019 jadwal persidangan yang harusnya dimulai ja 10:00 Wit juga mengalami kemunduran sampai pukul 18:53 WIT. Panitia lokal yang sejak awal tidak netral mengalami puncaknya, sebelum persidangan dimulai para peserta diharuskan registrasi ulang dan verifikasi ulang, padahal sebelumnya saat sidang pleno pengesahan terkait verifikasi peserta sudah ketuk palu. Lebih aneh lagi saat melakukan registrasi, peserta harus membawa SK mandat dan KTP padahal tidak ada aturan, begitu juga dengan beberapa Cabang yang saat sidang pleno ada namun ketika registrasi ulang tidak ada namanya.

Kejanggalan lain adanya penurunan status beberapa Cabang yang saat pleno definitif menjadi karteker saat registrasi ulang, seperti cabang OKU Selatan. Proses registrasi yang dilakukan panitia ini membuat sepertiga jumlah peserta tertahan di luar forum dan tidak di perbolehkan masuk oleh panitia.

Di dalam ruangan sendiri persidangan tetap dipaksakan sidang pleno IV yang di-pending dengan kesepakatan menghitung ulang suara berubah menjadi pemilihan ulang.

Sidang yang terus dipaksakan oleh pimpinan sidang dengan tidak menghiraukan peserta yang masih tertahan di luar, membuat protes dari peserta yang sudah ada di dalam forum, adu argumen antara peserta dan panitia membuat situasi semakin panas. Puncaknya saat beberapa peserta yang berada di dalam ingin keluar forum karena tidak aman, kekacauan terjadi saling dorong dan lempar kursi antar peserta serta terjadi pemukulan oleh panitia terhadap peserta. Salah satu korbannya peserta dari cabang Banjarmasain Bung M. Ridho Akbar G seperti foto yang beredar.

Foto lampiran dari GMNI Arjuna soal Kongres Ambon 2019. (Dok GMNI)Foto lampiran dari GMNI Arjuna soal Kongres Ambon 2019. (Dok GMNI)

Tidak hanya itu, pemukulan juga terjadi pada Bung M Luthfi Rahman DPD GMNI Kaliantan Selatan saat berusaha mengamankan kader yang dikejar dan dipukul oleh panitia. Pemukulan yang dialami bahkan memecahkan kaca mata bung M Luthfi Rahman. Tidak hanya itu Sekjen DPP GMNI Clance Teddy juga mengalami pemukulan oleh panitia lokal ketika meminta panitia lokal untuk memperbolehkan Cabang-cabang peserta Kongres yang berada di luar untuk masuk. Selain pemukulan intimidasi terhadap peserta yang tertahan di dalam ruangan sidang juga terjadi, penahanan dan pengurungan peserta sidang yang hendak keluar ruangan berlangsung kurang lebih pukul 22:00 WIT sampai dengan 04:00 WIT.

Persidangan tetap dipaksakan dengan melakukan tekanan-tekanan oleh oknum-oknum kepada peserta kongres agar menuruti kepentingan mereka, intimidasi terhadap peserta di dalam dengan memperkuat keamanan ruangan, mulai dari hadirnya orang-orang yang tidak jelas dan penutupan akses terhadap ruangan seperti pintu jendela, mulai dari lantai satu sampai dua dengan penempatan orang di setiap akses tersebut. Tidak ada alasan jelas kenapa mereka di kurung di dalam ruanngan. Setelah sekian lama terkurung pukul 04:00 WIT peserta diperbolehkan meninggalkan arena kongres.

Tidak adanya jaminan kemanan oleh panitia lokal bagi peserta sidang di Kristen center membuat Ketua DPP GMNI Robaytullah Kusumah Jaya dan Sekjen DPP GMNI Clance Teddy periode 2017 – 2019 memindahkan kongres ke Hotel Amaris. Kongres diikuti oleh 81 DPC definitif , 4 DPD detfinitif, dan 6 cabang certeker, serta 4 DPD Careteker. Pimpinan sidang Pleno IV dipimpin langsung oleh Robaytullah Kusumah Jaya dan Sekjen PP GMNI Clance Teddy dengan di dampingi 11 pengurus DPP lain.

Hasil pimpinan sidang dari DPC Halmahera Utara bung Jenfanher lahi sebagi pimpinan sidang I dan bung Ramar Rahasia dari DPC Manado sebagai Pimpinan sidang II sedangkan pimpinan sidang III bung Asep Jovi Rafik Syafrudin dari DPC Ogan Ilir. Sidang pleno V dengan pembahasan LPJ dan pandangan umum DPD dan DPC GMNI berjalan dengan kondusif. Begitu juga dengan sidang Pleno VI sidang komis, serta sidang pleno VII penetapan dan hasil sidang komisi. Penetapan tuan rumah Rapimnas dan calon tuan rumah Kongres selanjutnya selesai dengan hasil Bandung sebagai tuan rumah kongres GMNI XXII. Pada akhirnya sidang pleno IX pemilihan Ketua dan Sekjen DPP GMNI periode 2019-2021 mengahasilkan kepemimpinan yaitu Arjuna Putra Aldino sebagai Ketua Umum dan M Ageng Dendy Setiawan sebagai Sekretaris Jenderal DPP GMNI Periode 2019-2021. Kongres selesai sesuai jadwal.

Hormat Kami
DEWAN PIMPINAN PUSAT GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA (GMNI)

Ketua Umum, Arjuna Putra Aldino
Sekretaris Jenderal M Ageng Dendy S

 

Sumber : Detik.com

LEAVE A REPLY