Melihat Uniknya Miniatur Perkampungan dan Rumah dari Bambu di Bandung Barat

0

Pelita.online – Pandemi Corona Virus Disease atau COVID-19 yang terjadi enam bulan terakhir, tak serta merta mematikan kreativitas seseorang demi bertahan di tengah keterpurukan ekonomi.

Hobi mengolah dan membuat sesuatu dari bambu, akhirnya dimanfaatkan oleh Adang Muhidin untuk menghasilkan pundi-pundi penopang kehidupan sehari-hari anak istri.

Pria 46 tahun yang kini menetap di Cimareme, Kabupaten Bandung Barat, itu tekun mengolah bilah bambu menjadi karya seni bernilai ekonomis. Seperti miniatur rumah dan pernak-perniknya hingga bisa menjadi hamparan kampung yang estetis.

Sebelum merambah pembuatan miniatur rumah, Adang sebetulnya memproduksi jam tangan dan alat musik bambu yang diekspor. Namun karena kebijakan penghentian ekspor, maka usahanya itu agak mandek hingga dirinya beralih membuat miniatur rumah-rumahan.

“Awalnya karena ekspor disetop pemerintah, padahal harusnya awal Maret kemarin saya ke kirim pesanan ke Malaysia tapi batal. Nilainya ya lumayan, puluhan juta sekali kirim. Dari situ lah akhirnya saya pikir, bikin apa yang cocok untuk market lokal,” ungkap Adang kepada detikcom, Kamis (30/7/2020).

Bukan tanpa alasan ia memprioritaskan pasar luar negeri untuk jam dan alat musik dari bambu miliknya. Menurut Adang, pasar lokal tak terlalu melirik dua barang tersebut karena harganya terlampau mahal dan kurang menyukai material bambu sebagai bahan bakunya.

Bersama rekannya sesama penyuka kerajinan bambu, Adang terus menghasilkan kreasi yang ramah di kantong, meskipun bukan untuk segmen anak-anak sebagai pembelinya.

Miniatur rumah bambu di bandung baratMiniatur rumah bambu di bandung barat Foto: Whisnu Pradana

Miniatur rumah yang dibuat Adang dibanderol dengan harga yang beragam tergantung ukurannya. Untuk miniatur dengan ukuran terkecil atau 15 sentimeter, dihargai Rp 200 ribu per unit.

Sementara untuk maket kampung bambu berukuran 1×1 meter yang di dalamnya terdapat 5 sampai 7 buah miniatur rumah berbahan bambu yang dilengkapi dengan fasilitas lainnya, diharga cukup mahal, berkisar Rp 10 juta sampai Rp 15 juta.

“Yang maket memang agak mahal karena tingkat kesulitan dan modal yang harus dikeluarkan lumayan besar. Waktu pembuatannya juga cukup lama, bisa 3 minggu sampai sebulan. Bambu yang kita pakai juga kualitas terbaik,” ceritanya.

Dibantu lima orang temannya, dalam dalam sehari Adang bisa menghasilkan 10 unit miniatur rumah. Untuk memasarkan produknya, ia memanfaatkan media sosial sebagai sarana promosi dan transaksi.

“Kita posting di media sosial karena yang paling cepat dan jangkauan promosinya luas ya cuma media sosial. Kemarin kita sempat kirim ke Jakarta, Surabaya, dan Kalimantan. Tapi belum terlalu banyak juga, mungkin masih pandemi jadi orang juga mikir-mikir mau buang uang buat kerajinan,” katanya.

Ia berharap kondisi bisa segera normal sehingga usahanya dapat kembali ke kondisi seperti sebelumnya. “Ya inginnya cepat kembali normal, bisa kirim barang lagi ke luar negeri. Kalau pasar lokal kan terbatas juga,” tandasnya.

 

Sumber : Detik.com

LEAVE A REPLY