Menkes: Kasus Varian Baru Covid Banyak di Sumatera

0

Pelita.online – Kasus mutasi virus Covid-19 banyak ditemukan di Pulau Sumatera, terutama di Palembang, Sumatera Selatan. Pemerintah memperketat arus warga di Pelabuhan Merak-Bakauheni yang merupakan pintu keluar masuk dari pulau Jawa ke Pulau Sumatera untuk mengantisipasi penularan kasus varian baru.

Masyarakat yang ingin bepergian dari dan ke Sumatera, wajib melampirkan surat bebas Covid melalui tes swab antigen.

“Mutasi virus baru itu banyak kita identifikasi di Sumatera, salah satu masuknya di Palembang. Sehingga bapak ibu menjaga orang yang balik lagi dari Sumatera yang masuk sini, itu kalau bisa di swab antigen, supaya kita bisa tahu,” kata Menkes, Budi Gunadi Sadikin di Dermaga Eksekutif Merak, Kota Cilegon, Banten, Minggu (9/5).

Budi tidak menjelaskan secara rinci, jumlah kasus pasien terinfeksi varian baru Covid-19.

Budi hanya mengingatkan agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan. Kata Budi, pemakaian masker sangat penting menekan laju penularan virus Covid-19. Saat di perjalanan, Budi masih melihat banyak masyarakat di sekitar Pelabuhan Merak yang tidak memakai masker.

“Masker mengurangi drastis penularan. Tadi saya pas jalan di luar, intip-intip masih banyak yang tidak masker dalam perjalanan,” terangnya.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito, pada Kamis (6/5) mengatakan masuknya varian virus Covid-19 dari luar negeri telah menyebar di berbagai daerah.

Temuan ini disikapi Pemerintah dengan meningkatkan upaya penanganan pandemi Covid-19 hingga mengeluarkan kebijakan pengetatan mobilitas pelaku perjalanan, baik dalam negeri dan luar negeri.

“Jika mutasi virus dibiarkan, maka akan semakin banyak varian Covi-19 yang muncul dan berpotensi berdampak buruk dalam upaya pengendalian Covid-19,” kata Wiku.

Pembiaran terhadap mutasi virus, akan berdampak buruk pada meningkatnya laju penularan akibat terjadinya perubahan pada karakteristik virus dan akan juga mengubah sifat biologisnya.

Lalu, akan menurunkan efektifitas vaksin karena umumnya vaksin dikembangkan dengan jenis-jenis virus yang spesifik. Juga dapat menurunkan akurasi testing karena lokasi-lokasi mutasi atau hotspot yang berbeda-beda pada setiap varian. Sehingga dapat menurunkan kualitas PCR yang memiliki target mutasi virus yang spesifik.

“Potensi efek negatif ini sedang dipelajari lebih lanjut, dan semua temuan hasilnya akan diberitahukan kepada masyarakat,” imbuh Wiku.

Terkait mutasi virus, Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) telah mengklasifikasi jenis mutasi virus berdasarkan karakteristik yang ditimbulkan akibat mutasi, yaitu varian of concern ialah varian yang sudah ditetapkan sebagai varian yang mengalami perubahan karakteristik dari karakteristik semula yang berupa angka dan huruf seperti B117, B1357, B11281 atau P1.

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY