Menristek: Plasma Konvalesen Semakin Melengkapi Terapi Covid-19

0
Petugas Palang Merah Indonesia (PMI) memperlihatkan hasil donor plasma konvalesen dari Pasien sembuh COVID-19 yang merupakan karyawan salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saat mengikuti program Plasma BUMN untuk Indonesia di Kantor PMI Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (8/2/2021). Program Plasma BUMN untuk Indonesia dari Kementerian BUMN yang bekerja sama dengan PMI tersebut untuk mendukung Gerakan Nasional Donor Plasma Konvalesen yang dicetuskan oleh Wakil Presiden RI Ma'ruf Amin sebagai upaya meningkatkan angka kesembuhan pasien COVID-19. ANTARA FOTO/Arnas Padda/yu/hp;

pelita.online-Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, menyampaikan harapan agar terapi plasma konvalesen bisa semakin melengkapi terapi Covid-19 di dalam negeri. Dia mengakui sejauh ini belum ada obat atau terapi spesifik untuk Covid-19. Namun riset lebih lanjut atas sejumlah pilihan terapi termasuk plasma kovalesen menjadi kabar baik untuk mencegah kondisi fatal pasien Covid-19.

Bambang mengatakan Kementerian Riset dan Teknologi juga sedang mendorong pengembangan terapi sel punca (stem cell) khususnya untuk pasien Covid-19 kategori berat. Berdasarkan hasil uji klinis, terapi stem cell bisa memberikan tingkat kesembuhan sampai 2,5 kali lipat.

“Mudah-mudahan keberadaan plasma konvalesen dan stem cell ini bisa saling melengkapi sehingga akhirnya Indonesia bisa menyatakan bahwa kita mempunyai jawaban untuk terapi terhadap pasien Covid-19 dari berbagai kategori, mulai dari ringan, sedang, sampai berat,” kata Bambang saat membuka webinar berjudul “Penanganan Covid-19: Harapan pada Plasma Konvalesen”, Kamis (11/02/2021).

Menristek berharap terapi plasma konvalesen dan stem cell bisa diterapkan oleh seluruh fasilitas kesehatan di Indonesia, serta mendapat dukungan para dokter. “Selain akan menurunkan angka penularan, kita bisa mengatakan bahwa kita mampu menangani Covid-19 saat ada seseorang yang dirawat di rumah sakit,” ujarnya.

Menurut Bambang, terapi plasma konvalesen sudah melewati uji klinis tahap I dan akan dilanjutkkan kepada uji klinis tahap II dan III. Kesimpulan dari hasil uji klinis tahap I adalah pendonor plasma konvalesen terbaik adalah pasien atau penyintas Covid-19 dengan kategori sedang ke berat, sedangkan penerima donor terbaik adalah pasien dengan kategori ringan ke sedang.

Bambang mengatakan jumlah permintaan terhadap terapi plasma konvalesen sempat melampaui jumlah pasokan atau ketersediaan. Kendala juga dialami karena golongan darah dari pendonor plasma konvalesen harus sesuai dengan penerimanya.

“Kita melihat donor tergantung golongan darah sehingga sering terjadi kondisi saat pasien yang sebenarnya bisa sembuh dengan terapi ini tapi karena tidak mendapatkan akhirnya harus meninggal dunia,” ujarnya.

Dia berharap situasi di mana permintaan lebih tinggi daripada pasokan tidak lagi terjadi. “Ini sangat tidak kita inginkan, kita bicara upaya menangani Covid-19, penularan atau jumlah yang terinfeksi lebih sedikit agar kurvanya mendatar,” kata Bambang.

Menristek menyebut terapi plasma konvalesen juga telah terbukti meningkatkan jumlah kesembuhan dan otomatis mengurangi jumlah kematian secara signifikan.

Sumber: BeritaSatu.com


 

LEAVE A REPLY