OJK: Penciptaan Lapangan Kerja Kunci Percepat Pemulihan Ekonomi

0

Pelita.online – Skenario pertumbuhan ekonomi akan berjalan cepat jika didukung penciptaan lapangan kerja di berbagai segmen. Utamanya di sektor unggulan seperti pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan pertambangan. Sektor-sektor tersebut diharapkan bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, sebagai pemimpin orkestra, presiden harus cepat mendorong pembukaan tenaga kerja, supaya bisa menggairahkan sektor sekunder. “Apalagi, pandemi memukul keras jumlah tenaga kerja sehingga angka pengangguran naik,” kata dia dalam Economic Outlook 2021 di sesi I dengan topik “Memacu Pertumbuhan di Tengah Pandemi” yang digelar Beritasatu Media Holdings secara virtual, Selasa (24/11).

Per Agustus 2020, data BPS menyebut 29,12 juta orang (14,28%) penduduk usia kerja terdampak Covid-19, terdiri dari pengangguran karena Covid-19 (2,56 juta orang), Bukan Angkatan Kerja (BAK) karena Covid-19 (0,76 juta orang), sementara tidak bekerja karena Covid-19 (1,77 juta orang), dan penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja karena Covid-19 (24,03 juta orang).

Pemulihan ekonomi sektor sekunder, tambah Wimboh amat penting di tengah kelas menengah atas yang mengerem daya beli. Pasalnya, sektor sekunder saat ini juga menjadi salah satu leading indikator karena memiliki multiplier effect yang besar dalam pemulihan dunia usaha. Meski begitu, penyaluran bantuan sosial (bansos) dinilainya juga tepat membantu masyarakat di tengah pandemi.

Di sisi lain, industri perbankan dan pasar modal saat ini, ungkap Wimboh siap mendukung dunia korporasi dalam pemberian dana untuk bangkit kembali. OJK sendiri menyadari, korporasi memiliki “nafas” yang ada batasnya. Untuk itu, stimulasi penting untuk didorong pemerintah.

“Perbankan dan pasar modal siap, suku bunga tinggal masalah waktu. Tapi, suku bunga kredit bukan masalah utama, bagaimana demand produk yang di-generate oleh korporat tadi bisa ada, itu lebih penting. Nah, untuk pengungkitnya orang yang bekerja tadi bisa jadi sumber pertumbuhan di sektor sekunder, sehingga riilnya bisa bangkit. Itu skenario yang harus kita prioritaskan,” ungkapnya.

Wimboh menambahkan, bunga kredit saat ini sudah single digit, bahkan punya potensi untuk turun lagi. Seiring langkah Bank Indonesia (BI) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang akan menurunkan suku bunga acuan dan penjaminan. Namun diakuinya, penyaluran kredit kurang cepat sehingga belum bisa mendongkrak permintaan di kebutuhan sekunder masyarakat.

Di sisi lain, dia meyakini fasilitas pembiayaan saat ini bukan menjadi masalah bagi para pengusaha. Sebab, meski diberi subsidi bunga namun itu ada jangka waktunya. “Untuk menghidupkan usahanya, biayanya lebih mahal daripada return-nya. Jadi, banyak korporasi yang belum mau mengambil pinjaman,” katanya.

Sumber:BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY