Pengamat: Dipimpin Biden, AS Akan Kembali Menjadi Polisi Dunia

0
(COMBO) This combination of pictures created on October 30, 2020 shows Democratic presidential nominee and former Vice President Joe Biden delivers remarks on Covid-19 at The Queen theater on October 23, 2020 in Wilmington, Delaware and US President Donald Trump addresses supporters during a Make America Great Again rally as he campaigns in Gastonia, North Carolina, October 21, 2020. (Photos by Angela Weiss and SAUL LOEB / AFP)

Pelita.online –  Amerika Serikat (AS) akan kembali menjadi polisi dunia jika Joe Biden resmi terpilih sebagai presiden. Di bawah pemerintahan Biden, berbagai persoalan hak asasi manusia dan persoalan demokrasi di negara lain akan menjadi sorotan negeri Paman Sam tersebut.

Terkait itu, pemerintah Indonesia perlu memperkuat diplomasi, terutama di bidang pertahanan, dan mempelajari secara serius kebijakan yang akan diambil oleh AS jika Joe Biden resmi menjadi presiden.

“Amerika pada era kepemimpinan Biden nanti akan kembali berperan sebagai polisi dunia. Dia seorang globalis maka akan mencampuri urusan dalam negeri negara lain, seperti urusan HAM, kasus-kasus demokrasi di Hong Kong, Uighur di Xinjiang, mungkin juga Papua,” ujar pengamat militer dan intelijen Susaningtyas NH Kertopati dalam diskusi Populi Center dan Smart FM Network dengan tema “Forbidden for Biden” yang digelar secara virtual di Jakarta, Sabtu (14/11/2020).

Pengamat yang akrab disapa Nuning itu berpendapat, AS berpegangan pada prinsip kebebasan navigasi (freedom of navigation) dan komitmen keamanan dengan negara-negara di kawasan. Di sisi lain, Tiongkok begitu aktif dengan platform militer, memperkuat dan memodernisasi alutsista, termasuk melakukan cyber defence yang sangat luar biasa.

“Sebagai pendulum, kita menentukan diri sendiri. Kalau kita berbaik hati kepada Tiongkok dan Amerika, kita harus dapat porsi keuntungan yang jelas. Jangan sampai kita hanya terbawa pada permainan kawasan yang dimainkan oleh Tiongkok dan Amerika. Kita jangan sampai sekadar menjadi objek,” ujar Nuning.

Mantan anggota Komisi I DPR tersebut mengibaratkan Indonesia seperti anak gadis cantik yang selalu dilirik oleh Amerika dan Tiongkok. Karenanya, Indonesia harus cerdas dalam menyikapi dan berdiplomasi.

Doktor di bidang intelijen keamanan itu mengatakan, diplomasi tentu hanya menjadi tugas Kementerian Luar Negeri (Kemlu). Peran atase pertahanan Indonesia di luar negeri yang dalam sistem kerjanya terintegrasi, juga penting. Mereka saling memberikan masukan untuk akhirnya ada output yang bermanfaat bagi negara.

Nuning berharap, globalis Biden tidak berperan terlalu aktif, sehingga dapat mengacak-acak sistem negara lain, terutama di ASEAN. Untuk itu, atase pertahanan harus mengantisipasi kemungkinan terjadinya perang kognitif, hybrid, yang bisa saja terjadi di kawasan. Hal itu bisa diantisipasi apabila atase pertahanan aktif melakukan deteksi dini.

“Kita juga harus berpikir bahwa kita sangat mengharapkan apabila memang Biden yang diputuskan sebagai pemenang akan melakukan satu investasi yang positif di Indonesia juga kerja sama yang baik, yang friendly di kawasan. Sehingga, (kebijakan AS) tidak memperuncing keadaan yang ada. Saya rasa itulah harapan kita semua. Semoga, siapa pun yang menjadi Presiden AS, akan mendatangkan keuntungan bagi Indonesia,” ujar Nuning.

Sumber:BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY