Pertahankan Sistem Pertandingan, IBL Cari Tim Ke-12

0
IBL berencana mempertahankan penggunaan pemain asing pada liga musim depan. Sumber foto: IBL

JAKARTA, Pelita.Online – Indonesian Basketball League 2018 tak akan mengalami perubahan sistem pertandingan. Operator mencari satu kontestan baru agar IBL diramaikan 12 tim.

IBL musim 2017 mengenalkan sistem baru. Sebanyak 11 tim kontestan dibagi menjadi dua grup: Divisi Merah dan Divisi Putih. Masing-masing tim menjalani sistem kompetisi penuh sesama grup dan roundrobin dengan tim sebelah.

Juara grup lolos otomatis ke babak semifinal. Sementara tiket lolos runner-up diperebutkan oleh tim peringkat kedua dan ketiga grup lewat playoff. Di babak semifinal dan final juga dihelat dengan home dan away dengan sistem best of three.

Selain itu, operator juga memberikan kebebasan tim-tim kontestan untuk merekrut pemain asing atau menggunakan pemain naturalisasi. Kebutuhan pemain asing disediakan oleh operator lewat agen mereka.

Sistem itu diyakini mampu mengubah wajah IBL yang sebelumnya bergulir dengan kompetisi penuh dan tanpa pembagian grup. Selain itu, sempat muncul penggunaan pemain naturalisasi.

“Kalau sistem sejatinya bakal sama karena melihat inovasi yang kami terapkan kemarin bisa diserap dan diterima. Jadi akan tetap kami jalankan semua itu, home away, divisinya juga tidak akan berubah, yaitu Divisi Merah dan Divisi Putih,” kata Hasan Gozali, direktur liga, dalam perbincangan dengan detikSport pada Selasa (9/5/2017).

“Sampai saat ini kami sih sedang mencari tim ke-12 untuk berpartisipasi di IBL musim depan. Nanti kalau sudah dapat akan dialokasikan ke Divisi Merah, sebagai tim keenamnya. Supaya sama dan imbang,” ujarnya.

Begitu pula untuk pemain asing. Menurut Hasan rencananya draft list pemain asing akan diulang kembali. Jadi pemain asing yang kemarin dibeli oleh tim belum tentu digunakan lagi musim depan. Sebab, akan ada pembelanjaan ulang untuk pemain asing.

“Ya, akan diulang lagi. Tapi sistemnya akan kami pertegas lagi karena kami kemarin menemukan beberapa celah yang bisa dimanipulasi tim. Jadi akan kami pertegas lagi sehingga tidak ada celah dan semua fair. Termasuk masalah Brandon Jawato (pemain Pelita Jaya) dan Ebrahim Enguio Lopez (Biboy, pemain Aspac) akan kami pertegas lagi,” katanya.

“Kemarin kan kasusnya lebih kepada pemain naturalisasi karena tidak semua tim punya pemain naturalisasi. Kalau misalnya satu tim punya dua pemain naturalisasi, dan tambah dua pemain asing jadinya tidak imbang.

“Tapi kami akan pertimbangkan pemain-pemain yang berketurunan Indonesia seperti Brandon dan Biboy. Mungkin akan kami hitung lokal. Tapi itu akan kami bereskan juga peraturan pelaksanaannya, dan statusnya. Jadi itu salah satu agenda yang akan kami bereskan karena sampai sekarang belum ada kejelasan itu dari klub,” ungkap dia.

Bagaimana dengan siaran televisi?

“Bicara jumlah game tentu bicara budget. Artinya, dengan semakin banyaknya game yang dipertandingkan otomatis harus banyak pula biaya yang disiapkan. Selain itu bagaimaana soal efisiennya dalam penyelenggaraannya,” ucap dia.

“Kami melihat terlalu banyak game pun tidak efektif. Mungkin kami coba menambah. Tapi kami coba kalkulasikan dulu apakah tetap atau menambah sedikit. Tapi kalau untuk kembali ke 33 game per tim itu sudah pasti tidak mungkin. Lebih dari 15 bisa. Kemungkinan maksimal 20 game. Tapi nanti kami pikirkan sistemnya seperti apa,” imbuhnya.

Detiksport

LEAVE A REPLY