PGRI Minta Pemerintah Jamin Keselamatan Guru di Daerah Konflik Usai Penembakan di Papua

0

Pelita.online – Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) meminta pemerintah menjamin keselamatan para guru yang ditugaskan di daerah konflik. Pernyataan ini dikeluarkan PGRI pasca-penembakan terhadap dua orang guru di Beoga, Kabupaten Puncak, Papua oleh Kelompok Kriminal Bersenjata pimpinan Sabinus Waker.

“PGRI meminta negara hadir melalui pemerintah, pemerintah daerah, aparat pertahanan dan keamanan, tokoh masyarakat (adat) untuk dapat memberikan perlindungan terhadap keselamatan para guru yang bertugas di pedalaman yang saat ini tersulut konflik agar mereka mendapatkan jaminan keselamatan diri dan keluarganya,” ujar Ketua Umum PGRI Unifah Rosyidi kepada Liputan6.com, Minggu (11/4/2021).

Unifah juga meminta agar pemerintah mau mendengarkan curahan hati para guru yang ditugaskan mengajar di daerah konflik. Unifah meminta, jika para guru tersebut merasa keselematannya tak terjamin bertugas di sebuah daerah, Unifah meminta pemerintah bersedia memindahtugaskan seorang guru tersebut.

“Apabila guru tersebut tak merasakan ketidakpastian akan jaminan keselamatan dalam menjalankan tugasnya, maka mohon bantuan pemerintah, pemerintah daerah dapat memfasilitasi mereka agar mendapat tempat tugas yang aman dan terlindungi,” ucap Unifah.

Unifah mengatakan, PGRI mengutuk keras atas kejadian penembakan terhadap dua guru di Puncak, Papua secara berturut-turut. Penembakan terhadap Oktavianus Rayo (40) terjadi pada Kamis (8/4/2021) dan Yonatan Renden (28) pada Jumat (9/4/2021).

PGRI juga menyesalkan terjadinya penembakan terhadap 3 gedung sekolah, yakni SD Jambul, SMPN 1, dan SMAN 1 Beoga, dan rumah guru pada Kamis, 8 April 2021.

“Guru adalah penyuluh peradaban bangsa yang mengabdikan diri untuk mencerdaskan generasi bangsa sehingga harus dilindungi dalam menjalankan tugasnya,” kata dia.

Di sisi lain, Unifah berharap agar konflik yang terjadi di Papua segera berakhir.

“Semoga permasalahan yang terjadi di daerah konflik dapat segera teratasi dan masyarakat kembali menjalani kehidupan yang tenang dalam satu rumah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai bersama,” dia menandasi.

Penembakan Guru di Papua

Dua orang guru di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua menjadi korban penembakan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Sabinus Waker. Penembakan terhadap Oktavianus Rayo (40) terjadi pada Kamis (8/4/2021) dan Yonatan Renden (28) pada Jumat (9/4/2021).

Kepala Sekolah (Kepsek) SMPN 1 Beoga, Kabupaten Puncak, Papua Junaedi Arung Sulele menjadi saksi dalam kejadian penembakan yang terjadi pada Jumat sekitar pukul 15.00 WIT itu.

“Sebelum ada kejadian, hingga kami semua turun, situasi sudah kembali kondusif sehingga kami memutuskan untuk kembali ke Beoga,” kata Junaedi kepada wartawan, Sabtu (10/4/2021).

“Puji Tuhan saya masih lolos, saat penembakan saya tidak lihat orang. Ketika bunyi tembakan saya lari ke arah kanan, saudara Yonatan Renden ke kiri, korban sudah kena 2 kali tembakan di dada tapi masih sempat lari kemudian rubuh,” sambungnya.

Namun, untuk penembakan pertama yang menimpa Oktavianus pada Kamis atau sehari sebelumnya, Junaedi mengaku sedang tidak berada di lokasi kejadian.

“Kalau korban pertama, saya tidak di TKP, lokasi saya jauh dari situ. Lokasi korban pertama itu di SMPN 1 Beoga, korban itu guru SD Klemabeth, tetapi karena istrinya mengajar di SMP, mereka tinggal di perumahan guru SMPN 1 Beoga. Saat penembakan korban pertama saudara Oktovianus Rayo dia dikepung KKB,” tuturnya.

“Informasi yang saya terima yang dibakar adalah perumahan guru dan 1 gedung sekolah SMA,” tambah Junaedi.

Guru Kontrak

Junaedi menyebut, kedua korban penembakan tersebut merupakan guru kontrak bersama dengan 11 pengajar kontrak lainnya.

“Selama ini kami guru pendatang dekat dengan masyarakat asli Kabupaten Puncak,” kata Junaedi.

“Kedua korban itu merupakan guru kontrak, Oktavianus sudah 10 tahun menjadi Guru kontrak, sedangkan Yonathan 2 tahun, kedua korban ini sudah berkeluarga. Saudara Oktavianus bersama tinggal di Beoga, sedangkan Yonatan anak istrinya di Toraja. Total ada 11 orang guru pendatang, sebagian mengungsi di Koramil,” sambung dia.

Junaedi membantah soal kabar dia sempat diculik saat terjadi insiden penembakan.

“Tidak banyak pendatang di wilayah Beoga, hanya para guru saja. Serta informasi yang menyatakan Junaidi diculik tidak sepenuhnya benar. Saat terjadi penembakan, Junaidi bersembunyi di rumah warga. Ketika aparat TNI-Polri yang mengevakuasi jenazah lewat didekat persembunyiannya, Junaidi keluar dan ikut mengamankan diri di Koramil,” tegas Junaedi.

 

Sumber : liputan6.com

LEAVE A REPLY