Sekitar 10.000 Pasukan Akan Kawal Paus Fransiskus di Irak

0
A member of the Iraqi forces walks past a mural depicting Pope Francis waving next to an Iraqi national flag drawn on a blast wall outside the Syriac Catholic Church of Our Lady of Deliverance in the Karrada district of Iraq's capital Baghdad on March 1, 2021 amidst preparations ahead of the pontiff's visit. (Photo by Sabah ARAR / AFP)

pelita.online-Paus Fransiskus memastikan pada Rabu (3/3) bahwa dia akan tetap melakukan kunjungan ke Irak. Namun bukan hanya bahaya penularan Covid-19, dari segi keamanan, kunjungan Paus juga sangat berisiko. Puluhan ribu pasukan akan dikerahkan untuk mengawal Paus Fransiskus selama kunjungan di Irak.

Seperti dilaporkan Reuters, sekitar 10.000 pasukan keamanan akan dikerahkan untuk melindungi Paus Fransiskus, yang kemungkinan besar akan bepergian dengan kendaraan lapis baja. Jumlah orang yang dapat melihatnya sangat dibatasi karena pembatasan virus corona atau Covid-19.

Komunitas minoritas Kristen Irak telah dihancurkan oleh perang dan penindasan oleh pemberontak kelompok milisi Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS). Paus Fransiskus akan mengunjungi bekas benteng ISIS di Mosul, di mana gereja-gereja masih menyimpan tanda-tanda konflik.

“Rakyat Irak sedang menunggu kami. Mereka pernah menunggu Paus Yohanes Paulus II, yang tidak diizinkan pergi. Orang-orang tidak bisa dikecewakan untuk kedua kalinya. Mari kita berdoa semoga perjalanan ini bisa terlaksana dengan baik, ”tandasnya.

Paus Fransiskus juga akan mengunjungi Ur, tempat kelahiran Nabi Abraham, yang dihormati oleh umat Kristen, Muslim dan Yahudi, dan bertemu dengan ulama Muslim Syiah Irak, Ayatollah Ali al-Sistani, 90 tahun.

“Di tanah Abraham, bersama dengan para pemimpin agama lainnya, kami juga akan mengambil langkah maju dalam persaudaraan antar umat beriman,” tutur Paus Fransiskus.

Al-Sistani adalah salah satu tokoh terpenting dalam Islam Syiah, baik di Irak maupun di luar. Dia memimpin banyak pengikut di antara mayoritas Syiah Irak dan pengaruh besar atas politik dan opini publik.

Pada tahun 2000, Paus Yohanes Paulus harus membatalkan perjalanan yang direncanakan setelah gagal dalam pembicaraan dengan pemerintah pemimpin Saddam Hussein.

Sumber: BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY