Sensor Buat Tes Covid-19 di HP Bakal Dijual Rp800 Ribu

0

Pelita.online – Sensor untuk mendeteksi Covid-19 akibat infeksi virus corona lewat air liur di handphone (hp) sedang dikembangkan. Sensor ini diperkirakan bakal dijual Rp800 ribu (US$55; kurs 1US$= Rp14.747).

Saat ini perangkat diharapkan memasuki uji klinis pada bulan Juli dan tersedia untuk umum paling cepat pada bulan Agustus.

Para peneliti mengklaim sensor ini bisa digunakan berulang kali. Sensor bisa mendeteksi infeksi virus corona dalam 60 detik.

Sensor ini disebut bakal bisa mendeteksi infeksi lewat bersin, batuk, atau ketika pengguna bernapas yang diarahkan ke sensor tersebut. Cara lain adalah dengan menempelkan cairan liur yang didapat lewat swab ke sensor ini. Sensor ini dikembangkan oleh Universitas Utah di Amerika Serikat. Saat ini, sensor tersebut telah diuji untuk terkoneksi dengan iPhone. Proyek ini sebenarnya merupakan pengembangan atas sensor yang sebelumnya ditujukan untuk mendeteksi virus Zika.

Peneliti berharap sensor Covid-19 ini bisa digunakan sebagai alat tes harian bagi pengguna. Sensor ini juga diharapkan bisa digunakan sebagai metode deteksi alternatif yang lebih cepat, murah, dan lebih nyaman.

Melansir Apple Insider, pemimpin proyek Massood Tabib-Azar menyampaikan ukuran sensor itu hanya  selebar satu inci. Sensor bakal terhubung dengan ponsel lewat Bluetooth. Sensor ini bakal ditenagai lewat kabel yang terhubung ke port pengisian daya smartphone.

“Pengguna hanya perlu mencolokkan sensor ke port pengisian daya ponsel mereka dan meluncurkan aplikasi pendamping sebelum menempatkan partikel air liur mikroskopis ke atasnya. Pada menit berikutnya, hasilnya akan ditampilkan pada ponsel. Jika virus ada, untaian DNA pada sensor mengikat proteinnya. Ini memicu hambatan listrik, menandakan hasil positif,” ujar Tabib-Azir, seperti dikutip Metro.

Sensor ini bekerja dengan bantuan aplikasi pendamping dalam mendeteksi Covid-19. Partikel air liur mesti ditempelkan ke sensor untuk dibaca.

Tabib-Azar menyampaikan untaian DNA dalam virus nantinya mengikat protein pada sensor, yang pada gilirannya akan menciptakan hambatan listrik dan memicu hasil positif atau negatif pada aplikasi.

Setelah tes selesai, sampel dapat dihancurkan menggunakan arus listrik. Sehingga sensor bisa tetap steril dan bisa untuk digunakan kembali untk tes lain.

Skenario lain, hasil tes positif para pengguna juga bisa langsung dikirim ke otoritas kesehatan. Sehingga pemerintah bisa langsung melacak jumlah pasien positif corona.

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY