Siloam Hospitals Labuan Bajo Penuhi Layanan Destinasi Wisata Kesehatan

0

pelita.online-Adanya pandemi Covid-19, tidak menyurutkan semangat manajemen Siloam Hospitals Labuan Bajo dalam penanganan layanan wisata kesehatan. Hal tersebut dilakukan melalui sinergi bersama Pemerintah sejak November 2020 silam, termasuk mengadakan kerja sama bersama sejumlah stakeholder pariwisata.

Dr Hermas Irawan M M, direktur Siloam Hospitals Labuan Bajo,mengatakan sejak November 2020 saat dilakukan Simulasi Protokol Kesehatan dan Keamanan dalam mengadakan destinasi wisata ke Labuan Bajo oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, pihaknya berpartisipasi sebagai Pusat Rujukan Fasilitas Layanan Kesehatan (Fasyankes). Sejumlah area pendaftaran dan layanan rawat jalan, disiapkan khusus disediakan bagi turis. “Selain itu, kami turut menyiagakan tim emergency dalam kasus gawat darurat bagi turis yang mengalami kecelakaan saat berwisata di Labuan Bajo,” ungkap Dr Hermas dalam keterangan pers diterima Rabu (20/1/2021).

Menurut dr Hermas, kenyamanan dalam berwisata merupakan hal pokok yang diinginkan para turis, termasuk kenyamanan dalam mendapatkan fasilitas kesehatan. Hal itu karena pihaknya paham bahwa kenyamanan turis adalah yang utama. Contohnya adalah Siloam Hospitals Labuan Bajo menyiagakan layanan ambulance call outuntuk setiap hotel yang membutuhkan termasuk layanan ambulans di udara hingga persiapan rujukan melalui pesawat komersial yang ditujukan kepada jaringan rumah sakit Siloam lainnya di wilayah Indonesia Timur.

Sebagai catatan dalam peningkatan layanan wisata kesehatan bagi turis mancanegara dan turis lokal, Siloam Hospitals Labuan Bajo merupakan satu satunya rumah sakit swasta di Nusa Tenggara Timur yang memiliki fasilitas layanan Hyperbaric Oxygen Chamber Therapy (HBOCT). Selain ditujukan untuk penanganan penyakit dekompresi yang kerap dialami oleh para penyelam laut dalam, Hyperbaric Oxygen turut dimanfaatkan untuk mengobati berbagai indikasi klinis. Di antaranya bisa digunakan untuk penyembuhan luka tubuh seperti luka bakar dan luka terkait penyakit diabetes melitus serta pencangkokan kulit.

Dr Hemas menambahkan terapi tersebut sudah pernah dilakukan pada 2019 untuk dua pasien dan hasilnya bagus. Untuk case akibat kecelakaan diving pada 2019 sudah menangani hampir kurang lebih 40 pasien dan semunya berhasil tertangani dengan baik. Pada 2020 dimana pandemic covid 19 ini mulai, pelayanan hyperbaric hanya diperuntukan untuk emergency case saja, dengan pertimbangan menjaga penyebaran dan penularan covid 19 agar tidak menularkan pasien yang akan di hyperbaric.

“Karena terapi hyperbaric ini dilakukan dalam ruangan tertutup dan perputaran udara yang terbatas tidak ada akses dengan udara luar,” pungkas Dr. Hermas.

Sumber: BeritaSatu.com

LEAVE A REPLY