Tambahan Klaster Industri di Jabar dari Pabrik Epson

0

Pelita.online – Satu lagi pabrik terkonfirmasi sebagai klaster Covid-19 di Kabupaten Bekasi. Pabrik printer Epson menambah deretan pabrik yang tercatat sebagai klaster industri di Bekasi.

Total karyawan PT Indonesia Epson Industry di kawasan EJIP, Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi yang terkonfirmasi positif Covid-19 per Senin (21/9), mencapai 369 orang. Juru Bicara Satgas Covid-19, Kabupaten Bekasi, dr Alamsyah, menuturkan kasus positif ini bermula dari pertemuan pihak eksternal ke dalam pabrik pada awal September lalu.

“Ternyata, awalnya adalah di awal September ada pertemuan di sana. Ada narasumber dari luar. Tanpa gejala (OTG), mungkin pada saat itu sudah terkonfirmasi tapi OTG,” jelas Alamsyah kepada wartawan, Senin (21/9).

Setelah interaksi dalam pertemuan itu, kemudian muncul beberapa gejala dari karyawan pabrik printer tersebut. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan berupa tes cepat atau rapid test.

“Ada beberapa reaktif. Dan diadakan swab, pada saat itu yang awal enam terkonfirmasi positif,” ujarnya.

Selanjutnya, pada Sabtu (12/9), perusahaan mengadakan tes yang lebih masif. Hasilnya, ada 26 kasus positif yang kemudian berkembang menjadi lebih banyak menjadi 190-an.

“Kemarin, hari Minggu itu sudah 352, dan update beberapa jam yang lalu sudah 369. Dari 4.000 karyawan yang sudah diperiksa,” terangnya.

Alamsyah menyebut, pihaknya sudah melakukan tracing kepada keluarga karyawan yang positif. Rata-rata para karyawan Epson berdomisili di Cikarang Utara, Cikarang Selatan, Serang Baru, Cikarang Barat, dan Cibitung.

“Walau belum selesai semua. Kontak erat di lapangan akan diswab,” ujarnya

Belum diketahui secara pasti penyebab kasus positif Covid-19 di pabrik Epson dapat menyebar hingga ke ratusan karyawan dalam waktu tiga pekan. Alamsyah mengatakan total karyawan yang bekerja di perusahaan seluas 255.000 meter persegi itu ada 13.000 orang lebih.

Sekretaris Gugus Tugas Jabar Daud Achmad mengatakan, klaster pabrik printer Epson sebenarnya sudah terjadi lama. Penemuan kasus positifnya mulai muncul bersamaan klaster industri Bekasi.

“Epson itu sudah ada tapi, masih terus tracing. Awalnya sekitar 150-an dan sekarang finalnya 350-an,” ujar Daud kepada wartawan di Mapolda Jabar, Senin (21/8).

Saat ditanya bagaimana tindak lanjut dengan temuan kasus positif Covid-19 tersebut, Daud mengatakan, pabrik besar pada dasarnya sudah siap.  “Artinya yang 350 ini sesuai dengan SOP dia sudah isolasi dan sebagainya,” katanya.

Saat ditanya tentang pelonggaran jam malam di Depok apakah ada dampak peningkatan kasus, menurut Daud, Pemprov Jabar tidak bisa memvonis peningkatan kasus. Namun, yang jelas Depok saat ini turun ke risiko sedang. Yakni, dari merah ke kuning.

“Ya mungkin pertimbangan itu dilonggarkan, syaratnya sebetulnya mau longgar atau apa asalkan protokol kesehatan dijalankan dan pengawasan jangan dilonggarkan,” katanya.

Ketika ditanya apakah pelonggaran jam malam itu karena kasus Depok turun, Daud mengatakan sebaiknya ditanyakannya ke Depok. “Bukan saya yang jawab karena kan tadi Pak Wagub bilang mau kendor atau kenceng itu kan kepala daerah sudah diberi wewenang oleh Gubernur, dia lebih tahu kondisi daerahnya seperti apa,” paparnya.

Daud mencontohkan di Garut, ia melihat Bupati di Instagram-nya menyatakan keadaan darurat. Jadi, itu keputusan bupati melihat ada lonjakan kasus di daerahnya kemudian ada satu desa atau kelurahan tiba-tiba ada klaster di situ. Maka Garut pun memutuskan kondisinya darurat memberlakukan PSBM dan karantina,

“Itu kan keputusan Pemda. Karena bagaimanapun bupati dan wali kota lebih tahu di daerahnya seperti apa,” katanya.

Gugus tugas provinsi, kata dia, hanya memberikan pedoman atau rambu-rambu. “Seperti Pergub mengenai sanksi itu kan bukan judulnya itu masih pedoman penetapan sanksi, pedoman PSBB,” katanya.

Di tempat yang sama, Wakil Gubernur Jabar, Uu Ruzhanul Ulum, mengatakan  yang perlu disampaikan ke masyarakat pentingnya kesadaran tinggi tentang protokol kesehatan. Berdasarkan hasil survei daerah-daerah yang menunjukkan peningkatan adanya penyebaran Covid adalah wilayah-wilayah yang mobilitas masyarakatnya tinggi. Data tersebut muncul dilihat dari lokasi orang tersebut saat memegang ponsel.

“Karena kami memegang kami berkerja sama dengan suatu perusahaan di dilihat daerah mana, kecamatan mana, lembur mana, yang paling tinggi di dilihat dari mobilitas masyarakatnya,” katanya.

Oleh karena itu, menurut Uu, salah satu solusinya kepada mereka yang tidak terlalu penting untuk keluar rumah diusahakan jangan keluar rumah. Kalaupun keluar rumah, harus menggunakan masker.

Masker yang benar daya tahannya sampai 70 persen menurut WHO. Artinya, bagi mereka yang taat melaksanakan protokol kesehatan baik itu bersifat pribadi ataupun keluarga dan lingkungan maka di lingkungan tersebut akan kuat tidak akan terpapar.

“Termasuk juga diharapkan keluarga-keluarga. Hari ini, yang banyak kluster keluarga jadi diharapkan tetap melaksanakan protokol kesehatan,” katanya.

Kemudian juga, kata dia, beberapa daerah yang biasa mendapatkan sorotan yaitu di wilayah Bodebek. Tetapi, sekarang ada beberapa daerah juga yang mengalami sedikit peningkatan. Yakni, Karawang dan Kota Cirebon. “Tetapi ini semua tidak terlalu mengkhawatirkan cuma ada peningkatan,” katanya.

Pada Senin (21/9), tercatat kasus baru Covid-19 di Kabupaten Bekasi bertambah 55 orang. Kenaikan tersebut menambah jumlah kasus aktif di Kabupaten Bekasi menjadi 215 orang.

Pasien positif yang dirawat di rumah sakit bertambah enam orang menjadi 48 orang. Sementara jumlah warga yang menjalani isolasi mandiri bertambah 21 menjadi 167 orang.

Dalan rentang waktu yang sama, tercatat ada 28 pasien yang sembuh. Sementara angka meninggal dunia tidak ada perubahan yakni 48 orang.

Berdasarkan data terbaru laman resmi, pikokabsi.bekasikab.go.id, yang diperbarui pukul 11.00 WIB, tercatat ada 17 kecamatan dan 42 desa di Kabupaten Bekasi yang menjadi sebaran kasus aktif Covid-19.

Total kumulatif angka terkonfirmasi positif di Kabupaten Bekasi sebanyak 1.969 orang. Sedang 1.706 orang di antaranya sudah dinyatakan sembuh.

Klaster industri merupakan salah satu penyumbang tambahan kasus Covid-19 yang cukup tinggi di Jabar. Pada awal pekan September 2020, tercatat sudah ada 12 pabrik di Kabupaten Karawang yang terkonfirmasi ada pegawainya yang terpapar virus corona. Sedangkan di Kabupaten Bekasi, angkanya lebih banyak yakni 22 pabrik.

Sumber : republika.co.id

LEAVE A REPLY