Tiongkok Suntik Dana US$ 174 Miliar untuk Antisipasi Dampak Virus Korona

0

Pelita.online – Bank Sentral Tiongkok (PBOC) akan memompa dana sebesar 1,2 triliun yuan (US$ 174 miliar atau sekitar 2.400 triliun) ke pasar keuangan pada Senin (3/2/2020). Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari upaya regulator untuk mengurangi volatilitas ketika perdagangan dibuka terkait dengan wabah virus korona jenis baru (2019-nCov).

Dikutip dari South China Morning Post (scmp.com), Minggu (2/2/2020), investor di Shanghai dan Shenzhen bersiap untuk kemungkinan kembali meramaikan perdagangan ketika pasar kembali dibuka untuk pertama kali sejak liburan Tahun Baru Imlek.

Wabah virus korona yang telah menewaskan 305 orang dan menginfeksi lebih dari 14.380 orang di Tiongkok membuat kegiatan ekonomi di negara itu terhenti. Pihak berwenang telah mengambil langkah-langkah agresif untuk mengatasi penyakit seperti membatasi transportasi umum, menutup tempat hiburan, dan memperpendek jam kerja.

Dalam menghadapi situasi epidemi itu, Bank Rakyat Tiongkok (PBOC) mengatakan, pihaknya akan menyuntikkan dana sebesar 1,2 triliun yuan melalui operasi reverse repo. Langkah ini disebut sebagai “untuk memastikan pasokan likuiditas yang cukup”.

“Likuiditas keseluruhan sistem perbankan akan menjadi 900 miliar yuan lebih dari periode yang sama pada tahun lalu,” ujar Bank Sentral Tiongkok.

Ini adalah pertama kalinya Bank Sentral membuat pengumuman dan juga menandai operasi repo satu hari terbesar yang pernah dilakukan.

Menurut perhitungan Reuters, sebesar 1,05 triliun yuan (US$ 151 miliar) dari reverse repo akan jatuh tempo pada Senin nanti, yang berarti bahwa 150 miliar yuan uang tunai akan disuntikkan.

Suntikan dana itu adalah salah satu dari 30 langkah yang diumumkan oleh sejumlah otoritas akhir pekan ini untuk menguatkan ekonomi dalam mengatasi gangguan dari wabah virus korona.

Sejumlah ekonom telah memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Tiongkok akan turun di bawah 5% dalam tiga bulan pertama tahun ini, dari pertumbuhan 6% pada kuartal keempat 2019. Banyak pihak yang mengingatkan bahwa tren penurunan dapat berlanjut ke kuartal kedua.

 

Sumber : beritasatu.com

LEAVE A REPLY