Uji Coba Pembukaan Wisata, Ribuan Pelancong Tiba di Hawaii

0

Pelita.online – Sebanyak 8.000 orang mendarat di Hawaii pada hari pertama program pengujian pra-travel yang mengizinkan pelancong datang ke kepulauan di Pasifik tersebut tanpa dua pekan karantina bila terbukti negatif Covid-19.

Angela Margos merupakan salah satu penumpang dari San Fransisco yang bertolak ke Hawaii pada Kamis pagi.

“Liburan, menenangkan pikiran,” kata Margos yang merupakan seorang perawat dari San Carlos, California, ketika ditanya alasannya pergi ke Hawaii. “Saya butuh waktu untuk relaksasi, beristirahat,”

Program ujicoba baru ini menjadi sebuah upaya menghambat penurunan dampak pandemi yang meluluhlantakkan perekonomian berbasis pariwisata di Hawaii.

Pejabat setempat memuji aturan karantina wajib sebagai bagian integral dari keberhasilan awal Hawaii mencegah penyebaran virus corona.

Namun kesenjangan dalam program pengujian pra-travel ditambah dengan peningkatan jumlah kasus di Amerika Serikat membuat keamanan perjalanan ke Hawaii dipertanyakan.

Selain itu, ketika pengetatan aturan di Hawaii telah dilonggarkan sebelum liburan musim panas, penyebaran kasus di tengah masyarakat mencapai tingkat yang mengkhawatirkan.

Kedua hal itu memaksa pemberlakuan pengetatan kembali protokol kesehatan termasuk lockdown untuk penduduk setempat dan bisnis non-esensial.

Ketika program pra-travel di Hawaii ini dijalankan, Margos langsung bergegas ke rumah sakit untuk memeriksakan diri. Pertama-tama, ia pergi ke rumah sakit tempatnya bekerja.

Ketika mengetahui bahwa rumah sakit tempatnya bukan rujukan yang digunakan Pemerintah AS dan Hawaii, ia memilih tes tanpa turun (drive-thru) dengan merogoh US$105 atau setara dengan Rp1,5 juta. Namun ia kemudian diberitahu bahwa tes tersebut ada kesalahan.

Margos akhirnya membayar US$250 atau setara dengan Rp3,6 juta untuk tes dengan hasil cepat di bandara San Fransisco pada Kamis (15/10) dan mendapatkan hasil negatif.

Akan tetapi fasilitas tes cepat yang diambil 72 jam sebelum penerbangan tersebut ditentang sejumlah pihak yang dianggap tidak cukup untuk melindungi Hawaii dari kedatangan kasus impor.

Sebagian pendatang lainnya lebih memilih untuk karantina, seperti Kathleen Miyashita dan suaminya. Mereka datang ke Hawaii tanpa menjalani tes dan berencana karantina mandiri di rumah keluarga mereka di Oahu.

“Kami memilih melakukan karantina 14 hari,” kata Miyashita. “Kami tak ada masalah dengan makanan yang ada di sana. Ini seperti surga karantina dalam hal memiliki buah dan sayuran segar,”

Perekonomian Hawaii hampir seutuhnya bergantung pada pariwisata, dan masyarakat yang menyandarkan hidupnya dalam sektor itu perlu segera kembali bekerja.

Lebih dari 100 dari nyaris 400 restoran, bakery, dan layanan boga di Hawaii telah tutup secara permanen dan lebih dari 50 persen sisanya diprediksi pemerintah setempat akan menyusul bangkrut beberapa bulan ke depan.

Monica Toguchi Ryan, yang memiliki dan mengoperasikan bisnis restoran keluarganya, The Highway Inn di Oahu selama 70 tahun, mengatakan dampak pandemi ini amat melumpuhkan.

“Restoran dan industri jasa telah menderita amat parah selama pandemi,” kata Toguchi Ryan. “Restoran tidak menerima bantuan pemerintah pusat sejak musim semi dan berjuang membayar pengeluaran mereka,”

“Beberapa restoran telah bangkrut, tak mampu membayar uang sewa mereka, suplai bahan makanan, dan gaji pegawai,” lanjutnya.

Hawaii yang berpenduduk 1,4 juta jiwa dilaporkan mengalami penambahan 10 kasus kematian akibat Covid-19 dan lebih dari 100 kasus baru pada Rabu (14/10). Di Oahu, rumah dari pantai terkenal Waikiki dan pulau terpadat di negara bagian tersebut, memiliki rasio kepositifan nyaris 4 persen.

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY