Virus Corona Kian Ganas, Dokter RS di China Dilaporkan Tewas

0

Pelita.online – Virus 2019-nCoV yang jenis baru baru dari virus corona terus mewabah dan mengganas di China. Seorang dokter di sebuah rumah sakit di provinsi Hubei, China, bahkan dilaporkan meninggal dunia akibat penyakit tersebut.

Kematian dokter itu dilaporkan China Global Television Network (CGTN) dalam sebuah tweet yang dikutip Reuters, Sabtu (25/1/2020). Wuhan, tempat virus mematikan ini pertama kali muncul, berada Provinsi Hubei.

Menurut laporan media China tersebut, dokter yang meninggal bernama Liang Wudong, 62. Dia adalah seorang dokter di Rumah Sakit Hubei, sosok yang berada di garis depan wabah virus corona di kota Wuhan.

Belum diketahui apakah dokter Liang berada di antara 41 korban meninggal atau merupakan korban terbaru.

Otoritas kesehatan di China sebelumnya mengonfirmasi 15 kematian terbaru di provinsi Hubei. Angka itu menambah jumlah kematian akibat penyakit ini menjadi 41 orang sejak tiga minggu lalu.

Selain itu, lebih dari 1.000 orang secara global telah terinfeksi. Data terbaru ini menyoroti tantangan bagi otoritas kesehatan di seluruh dunia untuk bekerja mencegah pandemi global.

Komisi Kesehatan Provinsi Hubei mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan pada Sabtu (25/1/2020) pagi bahwa 180 kasus baru telah dilaporkan pada akhir Jumat, sehingga jumlah total pasien yang dikonfirmasi di provinsi tempat kota Wuhan berada tersebut adalah 752 kasus.

Sebanyak 15 kematian terbaru dilaporkan oleh komisi itu terjadi di Wuhan, kota yang sudah ditutup atau diisolasi sejak Kamis lalu.

Belum ada data tingkat nasional baru yang tersedia dari otoritas China. Komisi Kesehatan Nasional setempat pada hari Jumat telah mengonfirmasi ada 830 kasus.

Sebagian besar kasus dan 41 kematian yang dikonfirmasi sampai saat ini telah terjadi di China, tetapi virus ini juga telah terdeteksi di Thailand, Vietnam, Singapura, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Nepal, Prancis, dan Amerika Serikat (AS).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada pekan ini menyatakan coronavirus baru sebagai “keadaan darurat di China”, tetapi tidak menyatakannya sebagai keprihatinan internasional.

Otoritas Prancis melaporkan kasus pertama yang dikonfirmasi di Eropa pada Jumat malam.

Wuhan, kota berpenduduk 11 juta tempat virus pertama kali diidentifikasi, berada dalam penguncian virtual. Hampir semua penerbangan di bandara Wuhan telah dibatalkan dan pos pemeriksaan memblokir jalan utama yang mengarah ke luar kota.

Ketika kota diisolasi, apotek mulai kehabisan stok dan rumah sakit telah dibanjiri dengan penduduk yang gelisah. Kota itu bergegas untuk membangun rumah sakit dengan 1.000 tempat tidur pada hari Senin.

Meskipun kota Wuhan ditutup, virus ini sudah menyebar lebih jauh. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS mengatakan pada hari Jumat bahwa ada 63 pasien yang diselidiki, dengan dua kasus yang dikonfirmasi terkait virus 2019-nCoV. Kedua kasus ini merupakan dua orang yang telah melakukan perjalanan ke Wuhan.

Setelah briefing Kongres bersama para pejabat kesehatan, Senator Republik AS John Barrasso—seorang mantan dokter—mengatakan orang-orang di Amerika Serikat dengan virus itu mungkin telah terinfeksi hingga 14 hari yang lalu di China.

“Kami ingin mencoba menghentikan dan mencegah orang datang ke Amerika Serikat jika mereka memilikinya,” kata Barrasso kepada wartawan, seperti dikutip Reuters, tanpa memberikan perincian tentang bagaimana hal itu dapat dicapai.

Bandara di seluruh dunia telah meningkatkan penyaringan penumpang asal China atau Tiongkok.

Coronavirus jenis baru telah menciptakan alarm karena masih banyak yang tidak diketahui seputar virus ini termasuk seberapa berbahaya itu dan betapa mudahnya menyebar di antara orang-ke-orang.

Virus ini dapat menyebabkan pneumonia, yang telah mematikan dalam beberapa kasus. Gejalanya meliputi demam, sulit bernapas dan batuk. Menurut WHO, sebagian besar kematian terjadi pada pasien usia lanjut.

 

Sumber : Sindonews.com

LEAVE A REPLY