Wapres: Ekstremisme Bisa Muncul Dari Ketidakadilan

0
Jusuf Kalla

Jakarta, PelitaOnline.id – Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan gerakan ekstrim bisa saja muncul di negara yang tidak maju, dilanda kemiskinan serta ketidakdilan. Gerakan ekstrim yang dimaksud tersebut bisa dalam bentuk komunisme, ekstrim kiri, ekstrim kanan dan radikalisme.

“Bisa saja ideologi (komunis) itu hidup kalau di kita (Indonesia) meningkat unsur ketidakadilan dan kemiskinan. Dari situ bisa timbul segala macam unsur radikalisme, ekstrim kiri, ekstrim kanan, apalagi kalau Negara tidak maju dan kemudian tidak hadir,” kata Wapres Jusuf Kalla di Istana Wapres Jakarta, Jumat, 3/6.

Namun, Wapres menanggapi santai bahwa isu kemunculan kembali paham komunis melalui partai, yang pernah muncul 41 tahun yang lalu tersebut, terlalu berlebihan.

“Menurut saya mungkin agak berlebihan mengenai pandangan bahwa PKI itu mau hidup lagi, saya yakin berlebihan ketakutan orang-orang,” tgeasnya.

Menurut Wapres Jusuf Kalla, komunisme merupakan ideologi yang sudah terbukti gagal diterapkan di negara-negara di dunia. Satu-satunya negara komunis di dunia ini adalah Korea Utara, dan itu pun secara pemerintahan telah gagal, ujar Wapres.

“Negara-negara yang asalnya komunis kan sudah menjadi kapitalisme, (seperti) Rusia, China, Eropa Timur. Jadi, sebagai ideologi, mana mungkin itu berkembang pada saat itu ditolak oleh semua orang,” jelasnya.

Seperti diberitakan, salah satu tokoh militer Indonesia Mayjen (Purn) Kivlan Zein mengatakan PKI sudah bangkit kembali dan siap mendeklarasikan diri pada 2017.

Terkait akan hal itu, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan menanggapi santai.

“Kalau beliau tahu tolong laporkan tempatnya di mana, nanti kita siap menindaklanjuti,” ucap Luhut.

Luhut mengaku belum mengetahui soal kemunculan kembali PKI seperti yang disampaikan Kivlan Zein. Dia juga meminta media menanyakan informasi itu kepada Kivlan.

“Tanya saja beliau. Saya tidak dapat informasi. Saya punya banyak kuping, mata, tapi badan intelijen belum dapat informasi itu,” ujarnya.

LEAVE A REPLY