Ada Hilirisasi, Siap-siap Robot Gantikan Tenaga Kerja di RI!

0

Pelita.Online – Pemerintah menekankan, akan fokus dalam melakukan hilirisasi industri berorientasi pada energi hijau. Oleh karena itu, untuk meningkatkan produktivitas di dalam negeri dibutuhkan teknologi alias robot buatan.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers, Selasa (24/1/2023).

“Arah kebijakan skala prioritas adalah hilirisasi yang berorientasi pada energi. Yang namanya hilirisasi pasti padat teknologi dan ini cara meningkatkan produktivitas kita,” jelas Bahlil.

Konsekuensi adanya hilirisasi industri di dalam negeri, kata Bahlil, sudah pasti tidak akan lagi menggunakan tenaga kerja yang bersumber dari tenaga manusia.

Ini adalah sebuah pilihan, tatkala ingin industri kita maju, maka harus menggunakan teknologi. Namun sebaliknya jika menggunakan tenaga manusia, tidak akan mampu mengimbangi produktivitas dengan tenaga teknologi.

“Konsekuensinya pasti tidak banyak atau tidak maksimal dengan karyawan, karena dia gunakan teknologi. Ini pilihan, padat karya tapi lambat atau dengan teknologi tapi cepat dan maju,” jelas Bahlil.

“Jadi, hilirisasi ini adalah perpaduan antara tenaga kerja yang tinggi dengan menggunakan teknologi dan padat karya,” kata Bahlil lagi.

Seperti diketahui, realisasi investasi di Indonesia sepanjang tahun 2022 mencapai Rp 1.207,2 triliun atau tumbuh 34% dari realisasi tahun lalu dan telah mencapai 106% dari target investasi 2022 yang sebesar Rp 1.200 triliun.

Realisasi investasi sepanjang tahun 2022 tersebut adalah pertumbuhan terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Sayangnya tidak dapat berhasil menyerap pasar tenaga kerja yang cukup signifikan.

“Penyerapan tenaga kerja pada 2022 hanya 1.305.001 orang,” jelas Bahlil.

Bahlil merinci, Secara akumulatif investasi dibukukan oleh sektor sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya sebesar Rp 171,2 triliun.

Kemudian pada sektor pertambangan Rp 136,4 triliun, transportasi gudang dan telekomunikasi Rp 134,3 triliun. Serta perumahan, kawasan industri dan perkantoran sebesar Rp 109,4 triliun, dan industri kimia dan farmasi sebesar Rp 93,6 triliun.

Dari negara asal investasi, Singapura meraih peringkat terdepan dengan realisasi US$ 13,3 miliar dan kedua, China sebesar US$ 8,2 miliar. Kemudian, posisi ketiga ada Hong Kong dengan realisasi US$ 5,5 miliar.

Adapun, pemerintah telah menargetkan hilirisasi 21 komoditas, dengan potensi investasi sebesar US$ 535,3 miliar atau setara Rp Rp 8.276 triliun (kurs Rp15.177 per US$). Hal ini telah tertuang di dalam Peta Jalan Hilirisasi Strategis untuk tahun 2023-2035.

Ada delapan sektor prioritas yang akan didorong dalam target hilirisasi, yakni mineral dan batubara dengan peluang investasi hingga 2035 sebesar US$ 427,1 miliar, minyak bumi dan gas alam dengan peluang investasi hingga 2035 sebesar US$ 67,6 miliar.

Sektor prioritas lainnya yakni perkebunan, kelautan, perikanan, dan kehutanan, dengan peluang investasi hingga 2035 dengan nilai US$ 50,6 miliar.

Adapun 21 komoditas masuk dalam Peta Jalan Hilirisasi Investasi Strategis 2023-2035 yakni batubara, nikel, timah, tembaga, bauksit, besi, perak emas, aspal buton, minyak bumi, gas alam.

Ada pula kelapa sawit, kelapa, karet, biofuel, kayu getah pinus, udang, ikan, kepiting, rumput laut, dan garam.

sumber : cnbcindonesia.com

LEAVE A REPLY