Alasan Pemerintah Batal Beri Subsidi Mobil Hybrid

0

Pelita.online – Menteri Perindustrian Agus Gumiwang menyatakan mobil elektrifikasi jenis hybrid bukan bagian dari ekosistem kendaraan listrik yang kini dikembangkan pemerintah.

Hal ini jadi salah satu alasan tak ada subsidi bagi mobil hybrid.”Karena ini bukan ekosistem, karena kami punya ekosistem, ada baterai dan nikel. Jadi itu yang mau kami dorong,” kata Agus ditemui di sela pembukaan Gaikindo Jakarta Auto Week, Jumat (10/3).

Subsidi mobil hybrid sebelumnya pernah dijanjikan pemerintah pada akhir 2022. Saat itu Agus sendiri yang mengumumkan pembelian mobil hybrid direncanakan bakal mendapat subsidi Rp40 juta, sementara mobil listrik Rp80 juta.

Namun pada 6 Maret 2023, pemerintah mengumumkan subsidi hanya untuk mobil listrik yang berlaku buat 35.900 unit. Tak disebut ada subsidi buat mobil hybrid.

Menurut pemerintah subsidi berlaku untuk dua model mobil listrik yaitu Wuling Air EV dan Hyundai Ioniq 5 karena keduanya diproduksi lokal dan memiliki Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) minimal 40 persen.

Sejauh ini pemerintah belum mengungkap angka subsidi mobil listrik. Rencananya hal itu akan diumumkan sebelum program subsidi ini berlaku mulai 20 Maret.

Incar investasi kendaraan listrik
Agus melanjutkan pemerintah punya misi khusus sehingga membatalkan rencana subsidi buat mobil hybrid, yakni mengincar investasi asing.

Menurut Agus pemerintah tengah bersaing dengan negara lain yang menjadi tolak ukur banyak investor otomotif terkait kendaraan listrik sebelum mereka membuat keputusan menanamkan investasi.

“Jadi kenapa karena kita ingin membangun percepatan pembangunan ekosistem EV di Indonesia. Jadi kami melihat bahwa ada beberapa negara yang kita…. benchmark sebagai kompetitor kita,” kata Agus.

“Adalah suatu negara yang memberikan insentif banyak sehingga kami harus punya kebijakan dan regulasi yang baik dan kompetitif dari mereka,” ucap dia.

Agus menambahkan jika investasi masuk ke dalam negeri tentu akan berdampak baik untuk masyarakat.

“Jadi investasi ini sudah banyak bicara dengan beberapa pihak (investor) dan mereka menunggu regulasi apa yang menurut mereka lebih kompetitif ketimbang mereka masuk ke negara lain. Ini kata pentingnya, jadi kalau investasi masuk tujuannya kita akan ada tercipta pajak dan lapangan kerja,” kata Agus.

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY