Amerika Tak Kunjung Resesi, Harga Minyak Mentah Anjlok 1%

0

pelita.online – Harga minyak mentah turun 1% karena data ekonomi AS yang kuat membuat investor bersiap untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut dari Federal Reserve AS untuk melawan inflasi, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.

Mengutip data Reuters, pada perdagangan Senin (27/2/2023) harga minyak Brent turun 0,9% menjadi US$82,45 per barel. Sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 0,8% ke US$75,68 per barel.

Harga Minyak Mentah (US$/Barel)

Pesanan baru untuk barang-barang modal utama manufaktur AS meningkat lebih dari yang diharapkan pada Januari diiringi dengan angka pengiriman barang yang pulih. Ini menunjukkan bahwa pengeluaran bisnis untuk peralatan meningkat pada awal kuartal pertama.

Gubernur Fed AS Philip Jefferson mengatakan inflasi untuk jasa di Amerika Serikat tetap “sangat tinggi”.

Sementara, Administrasi Informasi Energi AS melaporkan pekan lalu bahwa stok minyak mentah AS naik ke level tertinggi sejak Mei 2021.

Di sisi lain, investor menantikan sikap Pemerintah China terkait sikap dalam konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina.

Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan China belum bergerak untuk memberi Rusia bantuan untuk digunakan melawan Ukraina. Ia juaga menambahkan Washington telah menjelaskan di balik pintu tertutup bahwa langkah bantuan China ke Rusia akan memiliki konsekuensi serius.

Sementara itu Rusia memutus pasokan minyak ke Polandia melalui pipa Druzhba, kilang Polandia PKN Orlen, ehari setelah Polandia mengatakan telah mengirimkan tank Leopard pertamanya ke Ukraina.

Rusia juga mengumumkan rencana bulan ini untuk memotong ekspor minyak dari pelabuhan barat hingga 25% pada bulan Maret dibandingkan Februari, melebihi pemotongan produksi yang diperdebatkan sebelumnya sebesar 5%.

Namun, sebagian besar analis melihat larangan Uni Eropa (UE) atas impor minyak lintas laut Rusia dan batasan harga internasional hanya berdampak kecil pada pasokan global secara keseluruhan.

“Produksi minyak Rusia telah melampaui ekspektasi dalam beberapa bulan terakhir karena sanksi UE/AS yang longgar,” kata Bank of America dalam sebuah catatan.

sumber : cnbcindonesia.com

LEAVE A REPLY