Balon Mata-mata Ditembak AS di Atas Laut, China Kecewa!

0

Pelita.Online

Jakarta – Amerika Serikat menembak jatuh balon raksasa China yang diklaim telah memata-matai sejumlah situs militer kunci di Amerika.
Departemen Pertahanan AS mengonfirmasi bahwa jet tempurnya sudah menjatuhkan balon tersebut di atas wilayah perairan AS.

Kementerian luar negeri China belakangan menyatakan “kekecewaan yang sangat dan protes terhadap penggunaan kekuatan [militer] AS untuk menyerang pesawat nirawak sipil”.

Rekaman yang disiarkan di stasiun TV AS menunjukkan balon tersebut jatuh ke laut setelah ledakan kecil.

Sebuah jet tempur F-22 menembakkan satu rudal – AIM-9X Sidewinder – kemudian balon tersebut jatuh sekitar enam mil laut dari lepas pantai AS pada pukul 14:39 EST (02:39 WIB), kata seorang pejabat pertahanan kepada wartawan.

Para pejabat pertahanan mengatakan kepada media AS bahwa puing-puing balon mendarat di perairan sedalam 47 kaki (14m) – lebih dangkal dari yang mereka perkirakan – di dekat Pantai Myrtle, Carolina Selatan.

Militer sekarang sedang berusaha mengumpulkan puing-puing yang tersebar di area seluas tujuh mil (11 km). Dua kapal angkatan laut, termasuk satu dengan alat berat, berada di daerah tersebut.

Dalam sebuah pernyataan dari Pentagon, seorang pejabat senior pertahanan AS mengatakan bahwa “sementara kami melakukan semua langkah yang diperlukan untuk melindungi dari pengumpulan informasi sensitif oleh balon pengawasan RRT [China], terbangnya balon pengintai itu di atas wilayah AS adalah hal yang berharga secara intelijen bagi kami.

“Kami dapat mempelajari dan memeriksa balon tersebut beserta peralatannya, yang sangat berharga,” imbuh pejabat itu.

Sebuah obyek misterius terbang di atas wilayah Montana, AS, pada Rabu. (Reuters)

Presiden AS Joe Biden didesak untuk menembak jatuh balon itu sejak pejabat departemen pertahanan pertama kali mengumumkan bahwa mereka melacaknya pada hari Kamis (02/01).

Setelah balon ditembak jatuh, Biden berkata: “Mereka berhasil menjatuhkannya, dan saya ingin memuji para penerbang kita yang melakukannya.”

Dalam sebuah pernyataan beberapa jam kemudian, kementerian luar negeri China mengatakan: “Pihak China sudah berulang kali memberi tahu pihak AS bahwa setelah dilakukan verifikasi diketahui pesawat tersebut untuk penggunaan sipil dan memasuki wilayah AS karena force majeure (keadaan memaksa) – itu benar-benar kecelakaan.”

Penemuan balon tersebut telah memicu krisis diplomatik, dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken segera membatalkan perjalanan ke China akhir pekan ini karena “tindakan tidak bertanggung jawab”.

Pihak berwenang China membantah balon itu adalah pesawat mata-mata, dan mengatakan itu adalah kapal cuaca yang tersasar.

Menanggapi insiden ini, kementerian luar negeri Taiwan mengatakan dalam sebuah pernyataan: “Tindakan pemerintah Partai Komunis China yang melanggar hukum internasional dan melanggar wilayah udara dan kedaulatan negara lain tidak boleh ditoleransi dalam komunitas internasional yang beradab.”

China menganggap Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri dan akhirnya akan berada di bawah kendali Beijing. Presiden Xi Jinping tidak menutup kemungkinan penggunaan kekuatan militer untuk mencapai hal tersebut.

Tetapi Taiwan menganggap dirinya sebagai wilayah yang independen, dengan konstitusinya sendiri serta para pemimpin yang dipilih secara demokratis.

Presiden Joe Biden sudah menyetujui rencana untuk menjatuhkan balon itu pada hari Rabu (04/01), namun Pentagon mengatakan mereka memutuskan untuk menunggu sampai benda tersebut berada di atas air supaya tidak membahayakan orang-orang di darat.

Persiapan untuk operasi itu dimulai ketika Administrasi Penerbangan Federal AS (FAA) menghentikan sementara semua penerbangan sipil di tiga bandara di sekitar pantai Carolina Selatan pada Sabtu sore karena “upaya keamanan nasional”.

Penjaga pantai juga menyarankan para pelaut untuk meninggalkan wilayah karena akan ada operasi militer “yang menghadirkan bahaya signifikan”.

Seorang saksi mata di pantai, Hayley Walsh, berkata kepada BBC News ia melihat tiga jet tempur terbang berputar-putar sebelum rudal ditembakkan, kemudian “kami mendengar ledakan besar, rumah bergetar”.

Seorang pejabat militer senior mengatakan kepada CNN bahwa pengumpulan puing-puing seharusnya “cukup mudah” dan memerlukan waktu “relatif singkat”. Pejabat itu menambahkan bahwa “para penyelam Angkatan Laut yang andal” dapat dikerahkan untuk membantu dalam operasi tersebut.

Para pejabat pertahanan juga mengungkapkan pada hari Sabtu (04/01) balon itu pertama kali memasuki wilayah udara AS pada 28 Januari di dekat Kepulauan Aleutian, sebelum pindah ke wilayah udara Kanada tiga hari kemudian, dan memasuki kembali AS pada 31 Januari. Objek tersebut terlihat di negara bagian Montana, AS, yang merupakan rumah bagi sejumlah situs rudal nuklir sensitif.

Hubungan antara China dan AS telah diperburuk oleh insiden tersebut, dengan Pentagon menyebutnya sebagai “pelanggaran yang tidak dapat diterima” terhadap kedaulatan AS.

Blinken – menteri luar negeri Amerika – mengatakan kepada Beijing bahwa itu adalah “tindakan yang tidak bertanggung jawab” menjelang kunjungannya pada 5-6 Februari, yang sekarang sudah dibatalkan. Kalau Blinken jadi berkunjung ke China, itu akan menjadi pertemuan tingkat tinggi pertama antara kedua negara di sana dalam beberapa tahun.

Namun China berusaha meremehkan pembatalan kunjungan Blinken, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu (04/01) bahwa belum ada pihak yang secara resmi mengumumkan rencana perjalanan.

Kementerian luar negeri China mengatakan Beijing “tidak akan menerima dugaan atau berita sensasional tak berdasar” dan menuduh “beberapa politisi dan media di Amerika Serikat” menggunakan insiden ini “sebagai dalih untuk menyerang dan mencoreng nama China.”

Warga setempat berusaha memotret benda langit yang diduga satelit mata-mata China saat ia terbang di langit Karolina Selatan. (Reuters)

Keberadaan balon ini sempat membingungkan sejumlah pengguna media sosial di Montana.

Di antara mereka ada yang mengunggah gambar benda bulat pucat di ketinggian. Lainnya melaporkan melihat pesawat militer AS di wilayah itu, tampaknya memantau obyek tersebut.

Seorang pekerja kantoran, Chase Doak mengatakan kepada kantor berita Associated Press bahwa dia melihat “lingkaran putih besar di langit” dan pulang ke rumah untuk mengambil kamera yang lebih baik.

“Saya pikir mungkin itu adalah UFO,” ujarnya. “Jadi saya ingin memastikan bahwa saya mendokumentasikannya dan mengambil foto sebanyak mungkin.”

Insiden ini juga sempat dibahas secara luas di media sosial China, dan banyak yang merasa geli tentang laporan-laporan yang menyebut balon itu digunakan untuk mengintai.

“Kami memiliki begitu banyak satelit, mengapa kami harus menggunakan balon,” tulis seorang pengguna di Weibo.

Ada senator dari Partai Republik, Marco Rubio, yang bertugas di Komite Intelijen Senat, mengecam jika benar bahwa balon pengintai itu milik China.

“Tingkat spionase yang ditujukan ke negara kita oleh Beijing telah tumbuh secara dramatis lebih intensif dan sudah keterlaluan selama lima tahun terakhir,” katanya dalam twitternya.

Gubernur Montana Greg Gianforte, politikus Partai Republik, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dia telah diberi pengarahan tentang situasi yang “sangat meresahkan”.

Pada Kamis, Direktur CIA William Burns berujar bahwa – terlepas dari kasus balon tersebut – menyebut bahwa China sebagai “tantangan geopolitik terbesar” yang dihadapi AS saat ini.

Pada hari Jumat (03/01), Pentagon mengatakan balon mata-mata kedua China telah ditemukan kali ini di atas Amerika Latin dengan penampakan dilaporkan di atas Kosta Rika dan Venezuela.

Angkatan Udara Kolombia mengatakan sebuah objek yang diyakini sebagai balon terdeteksi pada 3 Februari di wilayah udara negara itu di ketinggian 55.000 kaki (16,8km).

Mereka mengatakan mereka mengikuti objek tersebut sampai meninggalkan wilayah udara Kolombia, menambahkan bahwa itu tidak merupakan ancaman bagi keamanan nasional.

China belum berkomentar secara terbuka mengenai laporan tentang balon kedua.

Sumber : Detik.com

LEAVE A REPLY