Cegah Omicron, Screening Perjalanan Internasional Ditingkatkan

0

Pelita.Online – Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, menjelang masa Natal dan Tahun Baru (Nataru) dan ancaman varian Omicron, pemerintah meningkatkan upaya screening dan monitoring pelaku perjalanan untuk meminimalisasi potensi penyebaran kasus.

Wiku menyebutkan, upaya ini melalui penyesuaian kebijakan karantina yang sesuai Surat Edaran Satgas No. 25 Tahun 2021 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Internasional.

“Penyesuaian ini disusun dengan pertimbangan perkembangan kasus tingkat global,” kata Wiku pada konferensi pers tentang “Perkembangan Penanganan Covid-19 di Indonesia”, Selasa (14/12/2021).

Wiku menyebutkan, beberapa hal terkait kewajiban karantina yang berlaku di Indonesia telah melalui hasil evaluasi lintas sektor.

Pertama, jenis karantina pelaku perjalanan internasional berdasarkan skema pembiayaan dibagi menjadi dua yaitu yang ditanggung pemerintah dan skema pembiayaan mandiri.

Untuk pembiayaan yang ditanggung pemerintah diantaranya pekerja migran Indonesia (PMI), pelajar atau mahasiswa yang telah menamatkan studinya di luar negeri dan pegawai pemerintah yang kembali dari perjalanan dinas di luar negeri.

Sedangkan warga negara di luar kategori tersebut dan warga negara asing (WNA) termasuk diplomat asing di luar kepala perwakilan asing dan keluarganya, wajib menanggung secara pribadi untuk biaya wajib karantina sesuai durasi yang diwajibkan berdasarkan asal negara kedatangannya.

Wiku menegaskan, pemerintah menjamin tidak ada pelaku perjalanan yang terbengkalai. Hal ini dengan mewajibkan pelaku perjalanan internasional yang tidak ditanggung biaya karantinanya di fasilitas terpusat, wajib menunjukkan bukti konfirmasi pembayaran atas pemesanan tempat akomodasi karantina dari penyedia akomodasi selama menetap di Indonesia.

Kedua, jenis karantina pelaku perjalanan internasional berdasarkan tempat pelaksanaannya dibagi menjadi dua yaitu karantina terpusat dan karantina mandiri.

Untuk fasilitas terpusat, Wiku mengatakan, pemerintah menyediakan fasilitas seperti Wisma Atlet Pademangan dan Wisma Atlet Kemayoran. Fasilitas ini diperuntukkan khusus bagi PMI, mahasiswa, dan ASN.

Selain itu ada ada wisma lainnya dan 105 hotel rujukan lainnya yang atas kerja sama dengan Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia (PHRI) dapat memenuhi standar CHSE yang meliputi cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keamanan), dan environment sustainability (kelestarian lingkungan). Untuk daftarnya, dapat diakses bersama di alamat : https://quarantinehotelsjakarta.com.

Sedangkan fasilitas karantina mandiri ialah fasilitas di luar rujukan pemerintah atau kepemilikan pribadi atau instansi tertentu yang telah memenuhi standar.

“Perlu ditekankan bahwa pihak yang diizinkan untuk melakukan karantina di fasilitas mandiri ialah pejabat Indonesia setingkat eselon 1 ke atas yang baru saja menyelesaikan tugas kedinasan dan diskresi berlaku secara individual,” ujar Wiku.

Untuk fasilitas karantina mandiri, Wiku menegaskan, harus memiliki kamar tidur dan kamar mandi tersendiri untuk setiap individu pelaku perjalanan internasional.

Lalu, menjamin prosedur karantina tetap berjalan sesuai prosedur seperti meminimalisasi kontak saat distribusi makanan atau kegiatan makan, mencegah kontak fisik dengan pelaku perjalanan lain yang sedang melakukan karantina maupun individu lainnya.

“Fasilitas harus dilengkapi dengan petugas karantina yang wajib melaporkan kepada petugas KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan) di area wilayahnya. Serta tetap menjalankan tes RT-PCR kedua pada hari ke-9 karantina, dan wajib melaporkan hasil tes RT-PCR kepada petugas KKP di area wilayahnya,” ucapnya.

Ketiga, aturan beberapa diskresi karantina. Dengan syarat mengajukan 3 hari minimal sebelum kedatangan kepada Satgas Covid-19 nasional, serta kesepakatan antara kementerian atau lembaga terkait. Di antaranya pemberlakuan terlepas dari kewajiban karantina kepada warga negara Indonesia (WNI) yang berada dalam keadaan mendesak seperti memiliki kondisi kesehatan mendesak yang mengancam nyawa atau kedukaan karena anggota keluarga inti meninggal dunia.

Selanjutnya diskresi bagi warga negara asing (WNA) yang masuk kategori pemegang visa diplomatik dan visa dinas, pejabat setingkat menteri ke atas beserta rombongan yang melakukan kunjungan resmi kenegaraan, pelaku perjalanan yang masuk melalui skema travel corridor arrangement, delegasi negara anggota G20, dan pelaku perjalanan yang merupakan orang terhormat atau honorable person dan orang terpandang atau distinguish person.

Dikatakan Wiku, walaupun mendapatkan keringanan pembebasan wajib karantina, pihak-pihak tersebut wajib menjalankan protokol kesehatan ketat termasuk menerapkan sistem bubble khususnya bagi WNA yang dikecualikan.

“Pengurangan durasi karantina di fasilitas karantina mandiri dapat diajukan oleh pejabat dalam negeri setingkat eselon 1 ke atas berdasarkan pertimbangan dinas atau khusus. Pemberian izin ini, wajib disertai dengan kepatuhan protokol kesehatan ketat,” paparnya.

Wiku menegaskan, pada prinsipnya ketetapan ini adalah bentuk upaya pemerintah menjaga kestabilan negara. Pemerintah berupaya keras tetap mewadahi berbagai kegiatan dan kepentingan kenegaraan walaupun berada di dalam kondisi serba terbatas dalam pandemi Covid-19.

“Kebijakan pengendalian Covid-19 ini dimutakhirkan dengan mempertimbangkan banyak aspek agar dapat melindungi masyarakat sebaik-baiknya. Saya harapkan semua elemen masyarakat juga dapat turut mengawasi implementasi kebijakan ini sebagai upaya proses check and balance,” pungkasnya.

sumber : beritasatu.com

LEAVE A REPLY