Covid di India: Jangankan Rumah Sakit, Krematorium Pun Penuh

0
Labourers build cremation platforms to meet the increase of cremations due to the Covid-19 coronavirus pandemic at a crematorium in Amritsar on April 29, 2021. (Photo by NARINDER NANU / AFP)

Pelita.online – Para pejabat pemerintah kota Delhi, India, didesak untuk menyediakan lebih banyak tempat kremasi jenazah karena tempat pemulasaran jenazah dan krematorium di kota itu sudah penuh sesak oleh korban Covid-19.

India saat ini dilanda gelombang kedua virus corona yang jauh lebih dahsyat dari yang pertama.

Jumat (30/4/2021) kemarin, 386.452 kasus baru dikonfirmasi — rekor dunia baru untuk kasus harian sejauh ini. Sedikitnya 3.500 pasien Covid meninggal hari itu, termasuk 400 korban jiwa di Delhi — juga rekor baru di ibu kota.

Jumlah kasus Covid di India dihitung sejak hari pertama sudah menembus 18 juta.

Bantuan pasokan oksigen medis dari Amerika Serikat tiba Jumat pagi, tetapi India masih sangat kekurangan oksigen dan juga kamar rumah sakit.

Kerabat pasien menggunakan sosial media untuk mencari bantuan mendapatkan ruang rawat.

Seorang polisi di Delhi mengatakan banyak kremasi jenazah yang dilakukan di krematorium umum yang tidak diperuntukkan bagi korban Covid karena terbatasnya layanan.

“Oleh karenanya kami mengimbau agar lebih banyak lagi krematorium baru yang dibangun,” ujarnya di televisi NDTV.

Jenazah korban Covid-19 dikremasi di Allahabad, distrik terbesar di negara bagian Uttar Prades, India, 27 April 2021. (AFP)

Tahun lalu Kementerian Kesehatan India merilis panduan tata cara kremasi jenazah korban Covid yang mensyaratkan prosedur khusus untuk mencegah penularan. Artinya, tidak semua krematorium boleh menerima jenazah Covid-19.

Pemerintah India makin menghadapi tekanan terkait penanganan wabah ini, dan juga keputusannya untuk membolehkan kampanye pemilu dan perayaan keagamaan.

Jumat kemarin, Mahkamah Agung membela hak warga negara untuk menyampaikan keluhan dan permintaan tolong di media sosial selama krisis Covid ini, dan memperingatkan aparat agar tidak melarang mereka.

Keputusan itu dibuat setelah Twitter diminta penguasa untuk menghapus sejumlah konten yang mengkritisi pemerintah.

Uniknya, Menteri Kesehatan Harsh Vardhan membela diri dengan mengatakan tingkat kematian di India adalah yang paling rendah di dunia, dan bahwa pasokan oksigen masih memadai.

Pakar kesehatan Dr Zarir Udwadia mengatakan meskipun bantuan mulai berdatangan dari luar negeri, jumlahnya hanya “setitik air di samudera”.

Di India, semua warga di atas 18 tahun sudah bisa divaksinasi, tetapi pasokan vaksin jadi masalah.

India adalah produsen vaksin terbesar di dunia, tetapi pasokan yang ada masih sangat kurang bagi sekitar 800 juta warga yang berhak menerima vaksin.

Sejauh ini, kurang dari 10% rakyat India yang telah divaksin.

Selain Delhi, pusat bisnis Mumbai yang berpenduduk 20 juta orang juga kekurangan vaksin. Kota itu akhirnya memprioritaskan warga berusia 45 tahun ke atas.

Kebijakan seperti ini akan memicu masalah baru, karena Sabtu (1/5/2021) ini 40 juta warga India dijadwalkan menerima dosis kedua.

Masalah India Masalah Dunia
Krisis di India akan mempersulit upaya global menundukkan Covid.

Karena India kekurangan vaksin, mereka sempat menghentikan ekspor vaksin AstraZeneca yang diproduksi di sana untuk negara-negara berpendapatan rendah dan menengah.

Dengan situasi global yang makin terkoneksi, kondisi di India juga membuat krisis global berlarut-larut.
Belum lama ini 50 penumpang pesawat dari New Delhi ke Hong Kong terdeteksi positif Covid-19

“Virus ini tidak mengenal perbatasan, kewarganegaraan, umur, jenis kelamin atau agama,” kata kepala peneliti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Dr Soumya Swaminathan.

“Apa yang sedang terjadi di India sekarang pernah terjadi di negara-negara lain,” jelasnya.

Sumber: BBC

LEAVE A REPLY