Haji Akbar dan Moderasi Beragama dari Tanah yang Mulia

0

Pelita.Online – Haji Akbar dan Moderasi Beragama dari Tanah yang Mulia. Tema itu diambil sebagai khutbah wukuf di Arafah yang disampaikan Ketua PB NU, Profesor Moh Mukri.

Dia mengatakan, jemaah yang berada tanah suci saat ini adalah insan khusus yang ditakdirkan dan dipilih oleh Allah dari jutaan umat Islam di dunia untuk dapat melaksanakan ibadah wukuf di padang Arafah.

“Kita perlu menyadari dengan sesadar-sadarnya, bahwa tidak semua manusia bisa memiliki kesempatan seperti kita saat ini. Kita diberi umur panjang dan kesehatan sehingga dapat melaksanakan rukun haji berupa wukuf di Arafah yang merupakan puncak ibadah haji di Tanah Suci,” tuturnya.

Terlebih, saat ini kita diberi kesempatan oleh Allah untuk menjadi bagian dari sejarah yang jarang terjadi, yakni haji Akbar, di mana ibadah wukuf kita laksanakan di hari mulia, hari Jumat.

Ini merupakan bagian nikmat dari nikmat-nikmat Allah lainnya yang tidak bisa kita hitung satu persatu. Mudah-mudahan wukuf dan ibadah-ibadah lainnya di tanah suci ini diterima oleh Allah.

Haji akbar memang spesial dan memiliki kelebihan serta keistimewaan dibanding dengan musim-musim haji lainnya.

Disebutkan dalam Kitab Mughni al-Muhtaj Jilid I halaman 497 beberapa keistimewaan haji akbar. Jika hari Arafah jatuh pada hari Jumat, maka seluruh yang berkumpul di Padang Arafah akan langsung mendapat ampunan dari Allah tanpa perantara.

Pada momentum haji akbar ini, dia mengajak jemaah merenungkan perjalanan kehidupan sekaligus mengambil ibrah sebagai modal menghadapi masa depan.

Selain itu, jemaah juga diajak ber-muhasabah, bahwa kehadiran mereka ke Tanah Suci ini berasal dari daerah yang berbeda-beda dan disatukan Allah SWT.

“Kita disatukan dalam Islam rahmatan lil alamin melalui tuntunan syariat menjalankan kewajiban haji di Tanah Suci. Dengan hal ini kita diingatkan betapa pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan dalam bingkai ukhuwah Islamiyyah, ukhuwah basyariyah, dan ukhuwah wathaniyah,” tuturnya.

Pakaian ihram menunjukkan bahwa kita semua sama di hadapan Allah. Bukan jabatan, bukan harta, dan bukan kelebihan fisik yang pantas untuk dibanggakan di hadapan Allah karena yang menjadi barometer kemuliaan dihadapan-Nya hanyalah ketakwaan.

Dalam rangka mewujudkan kehidupan yang harmoni antarsesama, sudah semestinya semua pihak mengedepankan sikap moderat dalam segala hal, termasuk moderat dalam beragama.

Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama, yaitu melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemashlahatan umum, berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa.

Moderasi bergama harus terus disyiarkan ke seluruh penjuru dunia agar peradaban dan perdamaian dunia bisa terwujud.

sumber : pikiran-rakyat.com

LEAVE A REPLY