Harga BBM Naik, Suku Bunga BI Diprediksi Melonjak 4,75%

0

Pelita.Online – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk memperkirakan, suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) dapat naik lebih tinggi dibandingkan perkiraan awal. Hal ini dikarenakan inflasi umum tahun ini diprediksi naik ke sekitar 6,27% dan inflasi inti ke atas target sasaran Bank Indonesia (BI) 3% plus minus 1%, menyusul kenaikan harga BBM.

Ekonom dari Mandiri Office of Chief Economist Bank Mandiri Faisal Rachman menyatakan, kenaikan inflasi akan mendorong BI untuk menaikkan suku bunga acuan maksimal 100 bps ke 4,75% pada sisa tahun 2022. “Ini lebih tinggi dibandingkan asumsi awal kami yang sebesar 50 bps ke 4,25%, sebelum adanya kenaikan BBM bersubsidi,” ujar dia dalam keterangan tertulis yang diterima Investor Daily pada Minggu (4/9/2022).

Kenaikan harga BBM subsidi jenis Solar dan Pertalite maupun nonsubsidi jenis Pertamax diyakini akan memicu naiknya inflasi tahun ini. Akibat penaikan harga BBM ini, inflasi pada akhir 2022 diprediksi berada di sekitar 6,27% atau 1,67% percent point (ppt) lebih tinggi dari proyeksi awal yang sebesar 4,60%. Sedangkan inflasi inti diproyeksi akan berada di sekitar 4,35% pada akhir 2022.

Sebagai catatan, kata Faisal, hanya terdapat empat bulan berjalan di sisa 2022 ini sehingga dampak dari second round impact masih akan berlanjut pada 2023, terutama pada semester I-2023. Hal ini disebabkan adanya kondisi sticky price atau harga beberapa barang dan jasa yang cenderung lambat terhadap penyesuaian harga.

“Oleh sebab itu, kami melihat inflasi pada 2023 berpotensi akan berada pada kisaran 3,5%-4,0%. Ini membuka peluang BI untuk melanjutkan kenaikan suku bunga acuan pada awal tahun depan,” pungkas Faisal.

Pada Sabtu (3/9/2022) siang, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memberikan keterangan terkait kebijakan pengalihan subsidi BBM di Istana Negara, Jakarta. “Sebagaimana beliau sampaikan, uang negara harus diprioritaskan untuk melindungi masyarakat kurang mampu dan pemerintah berkomitmen agar penggunaan subsidi yang merupakan uang rakyat harus tepat sasaran,” kata Menteri Keuangan Sri Muyani Indrawati.

Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam konferensi pers bersama Menteri Keuangan dan Menteri Sosial Tri Rismaharini yang dipimpin Presiden di Istana Negara itu mengumumkan bahwa harga Pertalite naik dari Rp 7.650 menjadi Rp 10 ribu, solar subsidi dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800, dan Pertamax nonsubsidi naik dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter. Harga baru ini berlaku satu jam sejak diumumkan atau pukul 14.30 WIB.

sumber : beritasatu.com

LEAVE A REPLY