Pelita.Online – Harga minyak mentah dunia menguat hari Jumat pagi di Asia (29/7/202). Kekhawatiran tentang potensi resesi global yang akan menekan permintaan energi mengimbangi persediaan minyak mentah yang lebih rendah dan kenaikan konsumsi bensin AS.
Minyak mentah berjangka Brent naik 0,8% ke US$ 108,8 per barel, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) naik 1,21%.
Harga minyak mentah dunia sempat terkoreksi pada Kamis setelah Departemen Perdagangan AS melaporkan ekonomi terbesar dunia itu secara tak terduga mengalami kontraksi pada kuartal kedua, memicu kekhawatiran tentang resesi yang dapat memukul permintaan energi.
Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan melaporkan bahwa produk domestik bruto AS turun 0,9% pada kuartal kedua. Sebelumnya PDB AS mengalami kontraksi 1,6% pada kuartal pertama. Salah satu ciri-ciri resesi adalah kontraksi ekonomi selama dua kuartal beruntun.
Biro Analisis Ekonomi Nasional adalah lembaga yang menentukan apakah AS mengalami resesi atau tidak, tetapi lembaga itu tidak mengumumkan resesi saat melaporkan kontraksi PDB pada Q-II 2022.
Investor fokus pada angka persediaan minyak mentah AS yang menunjukkan stok minyak turun 4,5 juta barel pekan lalu, terhadap ekspektasi untuk penurunan 1 juta barel, sementara permintaan bensin AS naik sebesar 8,5% minggu ke minggu.
“AS mengonsolidasikan posisinya sebagai pengekspor minyak terbesar di dunia karena gabungan ekspor bruto minyak mentah dan produk olahan mencapai rekor 10,9 juta barel per hari,” tulis Citi dalam risetnya, Kamis.
Ekspor minyak mentah AS mencapai rekor 4,5 juta barel per hari karena WTI lebih murah daripada Brent. Namun, pertumbuhan produksi minyak mentah AS dapat terhenti karena kurangnya peralatan dan kru fracking, serta kendala modal.
Kenaikan harga minyak mentah juga disebabkan pertempuran pasokan energi antara Barat dan Rusia. Kelompok ekonomi terkaya G-7 Tujuh berencana menetapkan pembatasan harga pada ekspor minyak Rusia pada 5 Desember.
Sementara itu, Rusia telah memotong pasokan gas melalui Nord Stream 1, penghubung gas utamanya ke Eropa, menjadi hanya 20% dari kapasitas. Langkah Rusia dapat menyebabkan peralihan ke minyak mentah dari gas dan menopang harga minyak dalam jangka pendek, kata para analis.
sumber : beritasatu.com