Harga Minyak Naik karena Perbaikan Pipa dan Ancaman Rusia

0

Pelita.Online – Harga minyak naik sekitar US$ 2 per barel pada perdagangan Senin (12/12/2022) terdorong kekhawatiran pasokan, karena pipa utama yang menyakur ke Amerika Serikat (AS) ditutup. Rusia juga mengancam pengurangan produksi bahkan ketika Tiongkok melonggarkan pembatasan Covid-19 yang mendorong permintaan bahan bakar.

Harga minyak mentah Brent berjangka US$ 77,99 per barel, naik US$ 1,89 (2,5%). Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS US$ 73,17 per barel, naik US$ 2,15 (3%).

Pekan lalu, Brent dan WTI jatuh ke level terendah sejak Desember 2021 karena investor khawatir kemungkinan resesi global dapat mengganggu permintaan minyak.

Potensi pemadaman yang berkepanjangan dari TC Energy Corp’s, pipa minyak mentah Keystone, membantu membalikkan harga.

“Perbaikan Keystone Pipeline tampaknya memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan (dan) meningkatkan kemungkinan penarikan stok lebih lanjut di Cushing,” kata Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates.

Para trader khawatir tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membersihkan dan memulai kembali pipa minyak Keystone setelah lebih 14.000 barel minyak bocor minggu lalu, tumpahan minyak mentah AS terbesar dalam hampir 1 dekade

TC Energy menutup pipa setelah tumpahan ditemukan Rabu malam lalu di Kansas. Perusahaan mengatakan kepada pejabat di Washington County, Kansas, bahwa mereka belum tahu penyebab atau jadwal untuk memulai kembali. Pejabat menggali sekitar 622.000 barel per hari jalur Keystone, jalur penting untuk minyak mentah berat Kanada yang dikirim ke penyulingan AS dan ke Pantai Teluk untuk diekspor.

Pemadaman diperkirakan akan menyusutkan pasokan di pusat penyimpanan Cushing, Oklahoma, dan titik pengiriman untuk patokan minyak mentah berjangka AS.

Tujuh analis yang disurvei Reuters memperkirakan, secara rata-rata, persediaan minyak mentah secara keseluruhan turun sekitar 3,9 juta barel dalam seminggu hingga 9 Desember, sebuah jajak pendapat Reuters menunjukkan.

Riset Bank of America Global mengatakan Brent dapat pulih melewati US$ 90 per barel di belakang poros dovish kebijakan moneter Federal Reserve AS dan pembukaan kembali ekonomi yang akhirnya dilakukan Tiongkok.

“Pembukaan kembali Tiongkok jelas merupakan fokus pasar,” kata analis Price Futures, Phil Flynn.

Tiongkok, importir minyak mentah terbesar dunia, terus melonggarkan kebijakan nol-Covid-19 yang ketat, meskipun jalan-jalan di ibu kota Beijing tetap sepi dan banyak bisnis tetap tutup pada akhir pekan.

Pada Senin (12/12/2022), antrean terjadi di luar klinik demam di kota Beijing dan Wuhan, tempat Covid-19 pertama kali muncul tiga tahun lalu

“Pasar minyak kemungkinan akan tetap bergejolak dalam waktu dekat di tengah ketidakpastian dampak produksi Rusia dari larangan UE, berita utama tentang kebijakan Covid-19 Tiongkok, dan pergerakan bank sentral di AS dan Eropa,” kata analis UBS dalam sebuah catatan.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Jumat (9/12/2022) bahwa Rusia dapat memangkas produksi dan akan menolak untuk menjual minyak ke negara mana pun yang memberlakukan batasan harga ‘bodoh’ pada ekspor Rusia.

Menteri energi Arab Saudi juga mengatakan pada Minggu (11/12/2022) bahwa langkah pembatasan harga belum memiliki hasil yang jelas.

Jumlah kapal tanker yang menunggu untuk melewati Selat Bosphorus Istanbul turun pada hari Senin, menunjukkan berkurangnya penumpukan lalu lintas baru-baru ini.

sumber : beritasatu.com

LEAVE A REPLY