Harga Minyak Turun 2 Hari Beruntun karena Persediaan AS Mulai Meningkat

0

Pelita.Online – Harga minyak turun tipis pada Rabu (29/9/2021) setelah persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) naik lebih dari yang diantisipasi, bahkan ketika OPEC berencana untuk mempertahankan pendekatan yang disengaja untuk menambah pasokan ke pasar meskipun permintaan di seluruh dunia kuat.

Minyak mentah Brent turun 51 sen, atau 0,6%, menjadi US$ 78,58 per barel, setelah jatuh hampir US$ 2 pada Selasa (28/9/2021) setelah menyentuh US$ 80,75, tertinggi hampir 3 tahun. Sementara minyak mentah AS WTI turun 45 sen, atau 0,6%, menjadi US$ 74,84 per barel, setelah melemah 0,2% pada hari sebelumnya.

Persediaan minyak mentah AS naik 4,6 juta barel pekan lalu, melebihi ekspektasi, didorong bertambahnya produksi karena fasilitas lepas pantai yang ditutup akibat dua badai Teluk AS kembali beroperasi.

Harga minyak naik karena ekonomi pulih dari penguncian pandemi dan permintaan bahan bakar meningkat. Sementara di sisi lain, beberapa negara produsen mengalami gangguan pasokan.

Stok minyak, bensin, dan sulingan AS naik minggu lalu, menurut Departemen Energi AS. Produksi AS naik menjadi 11,1 juta barel per hari, sejalan dengan produksi sebelum Badai Ida menghantam bulan lalu.

Produksi di Amerika Serikat telah gagal kembali ke tingkat seperti pada akhir 2019, hampir 13 juta barel per hari. Lambatnya pemulihan produksi minyak serpih makin memperketat pasokan global karena OPEC enggan menaikkan kuotanya. “Produksi akan kembali tetapi tidak di tempat yang seharusnya,” kata analis Price Futures Group, Phil Flynn.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, atau OPEC+, kemungkinan akan tetap berpegang pada kesepakatan menambah produksi 400.000 barel per hari (bph) untuk November ketika melakukan pertemuan minggu depan.

Permintaan minyak diperkirakan akan meningkat kuat dalam beberapa tahun ke depan. OPEC menyatakan bahwa dunia perlu terus berinvestasi dalam produksi untuk mencegah krisis bahkan ketika transisi ke energi terbarukan.

Sementara melemahnya pasar perumahan Tiongkok dan meningkatnya pemadaman listrik telah memukul sentimen karena setiap kejatuhan ekonomi terbesar kedua di dunia itu kemungkinan akan berdampak pada permintaan minyak. Tiongkok adalah importir minyak terbesar dunia dan konsumen bahan bakar fosil terbesar kedua setelah AS.

sumber : beritasatu.com

LEAVE A REPLY