Ini Penyebab Utama Erupsi Gunung Merapi Diprediksi Masih Terus Beranjut

0

pelita.online – Awan panas yang dikeluarkan Gunung Merapi sejak Sabtu siang 11 Maret 2024 masih terus berlajut hingga Ahad petang, 12 Maret 2023.  Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mencatat, gunung tersebut total telah mengeluarkan awan panas sebanyak 56 kali hingga Ahad pukul 18.00 WIB.

Awan panas terakhir pada Ahad kemarin meluncur pada pukul 17.42 sejauh 1,2 kilometer ke arah barat daya atau Kali Bebeng. Dengan kejadian masif dua hari ini, BPPTKG memprediksikan awan panas masih bisa terjadi lagi beberapa waktu ke depan.

“Prediksi awan panas masih bisa terjadi lagi ke depan karena melihat data seismik dan kegempaan yang ada saat ini di dalam Merapi,” kata Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso, Ahad, 12 Maret 2023.

BPPTKG Yogyakarta mencatat, data kegempaan Merapi saat ini masih terhitung tinggi. Antara lain gempa vulkanik dalam yang masih terjadi 60-70 kali per hari. Lalu gempa vulkanik dangkal tiga kejadian per hari dan gempa multifase 17 kejadian per hari.

“Angka-angka kegempaan itu masuk kategori tinggi, bahkan ketika gunung itu tidak erupsi,” kata Agus.

Dari situasi itu, Agus melanjutkan, jika rentetan awan panas guguran selesai atau menurun intensitasnya hari ini, maka ke depan rentetan awan panas itu masih berpotensi berulang lagi.

“Oleh sebab itu kami meminta masyarakat tetap menjauhi daerah rawan bahaya yang sudah ditetapkan,” kata Agus.

Agus mengatakan, lontaran material awan panas dua hari terakhir juga membuat beberapa sungai berhulu Merapi kembali penuh. Jika terjadi hujan deras maka potensi bahaya lahar dingin jadi berlipat.

Tim badan geologi telah menerbangkan drone pada 12 Maret 2023 untuk memvalidasi jarak luncur erupsi di mana jarak luncur terjauh awan panas 3,7 km ke arah Kali Bebeng.

“Jarak luncur ini masih berada di daerah potensi bahaya saat ini, yaitu sejauh 7 km dari puncak Gunung Merapi di alur Kali Bebeng, Krasak, Bedog,” kata dia.

Semua kejadian awan panas guguran mengarah Kali Bebeng atau Kali Krasak.

“Kami sebut Kali Krasak karena ada dua cabang hulu sungai yakni Bebeng dan Krasak yang itu menyatu membentuk Sungai Krasak,” kata Agus.

Awan panas guguran Gunung Merapi menyebabkan sejumlah wilayah di Kabupaten Boyolali, Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah mengalami hujan abu. Sementara Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah mengambil langkah antisipasi dengan menutup kawasan wisata dan penambangan pasir serta batu di kaki gunung tersebut.

sumber : tempo.co

LEAVE A REPLY