Jadwal Imunisasi Anak di 2020

0

Pelita.online – Inti dari imunisasi atau pemberian vaksin ialah memasukkan virus atau bakteri yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh anak. Tujuannya agar sistem kekebalan tubuh mengenali jenis virus atau bakteri tertentu dan menjadi lebih kebal.

Hingga kini, ada lima imunisasi dasar untuk anak yang disubsidi pemerintah, yaitu hepatitis B, BCG, Polio, DPT-HB-Hib, serta campak. Imunisasi tersebut wajib dilakukan karena dapat mengurangi risiko anak terkena penyakit- penyakit yang berbahaya di dunia. Misalnya polio yang sebabkan lumpuh,  DPT untuk mencegah penyakit difteri, pertusis dan tetanus, pneumokokus (PCV) untuk mencegah radang otak, atau rotavirus untuk mencegah diare akut.

Walau begitu, bukan berati jenis vaksin lainnya menjadi tidak wajib. Ada sejumlah imunisasi lainnya yang juga diperlukan anak, termasuk jenis vaksin yang perlu dilakukan berulang-ulang, agar kekebalan tubuhnya bisa sempurna.

Rutin melakukan vaksin juga bisa membuat orang tua lebih update tentang jenis vaksin baru, seperti Japanese encephalitis.

Japanese Encephalitis (JE) adalah penyakit radang otak disebabkan oleh virus Japanese Encefalitis termasuk Family Flavivirus dan merupakan masalah kesehatan masyarakat di Asia termasuk di Indonesia. Manusia bisa tertular virus JE bila tergigit oleh nyamuk Culex Tritaeniorhynchus yang terinfeksi. Sehingga pemberian vaksin sangat penting dilakukan.

Berikut daftar imunisasi yang perlu didapatkan anak sesuai dengan usia, dikutip dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Usia 0-1 bulan
– Hepatitis B
– Polio-0

Usia 2 bulan
– DPT-HB-Hib-1
– BCG
– Polio-1
– PCV
– Rotavirus

Usia 3 bulan
– DPT-HB-Hib-2
– Polio-1

Usia 4 bulan
– DPT-HB-Hib-3
– Polio-3
– PCV
– Rotavirus

Usia 6 bulan
– PCV
– Rotavirus

Usia 9 bulan
– Campak

Usia 12 bulan
– Japanese encephalitis
– PCV

Usia 15 bulan
– Hib
– MMR

Usia 18 bulan
– Polio
– DPT-Hib
– Campak

Usia 24 bulan
– Japanese encephalitis

Usia 2-5 tahun
– DPT
– MMR
– Tifoid (ulangan setiap 3 tahun)

Usia 5-18 tahun
DPT, polio, campak, MMR, tifoid, hepatitis A, varisela, influenza, PCV, TT, hepatitis B.

Tips sukses berikan vaksin lengkap untuk anak

1. Gunakan satu buku kesehatan atau KMS

Sejak bayi diberikan vaksin Hepatitis B pada hari kelahirannya, pihak rumah sakit umumnya memberikan buku kesehatan yang di dalamnya terdapat jadwal imunisasi. Begitu pula saat melakukan vaksin di puskesmas atau posyandu, Kartu Menuju Sehat (KMS) juga diberikan, disertai dengan paraf atau striker vaksin sebagai tanda imunisasi sudah diberikan.

Pastikan ibu menyimpan buku kesehatan atau KMS sehingga bisa dijadikan pengingat jenis imunisasi apa yang sudah dan belum didapatkan oleh si Kecil.

Menggunakan buku kesehatan yang sama juga bermanfaat untuk mengontrol kesehatan bayi, misalnya seberapa sering bayi sakit, obat-obatan apa saja yang pernah diberikan, hingga perawatan apa saja yang pernah dilakukan. Sehingga walaupun ibu berganti dokter, dokter lain bisa dengan mudah melihat riwayat anak dan memberikan pengobatan yang lebih tepat.

2. Lakukan trik hemat biaya

Sejumlah imunisasi dasar seperti Polio, Hepatitis B, BCG, DPT-HB-HIB, Campak diberikan secara gratis karena masuk dalam subsidi pemerintah. Bila dilakukan di rumah sakit umum, biaya yang harus disiapkan berkisar antara Rp250 ribu hingga Rp 1 juta.

Dana tersebut bisa disimpan untuk biaya imunisasi yang tak ditanggung, misalnya, vaksin Influenza, Rotavirus serta Pneumokokus.

3. Prediksi efek samping

Ada baiknya orang tua menanyakan efek apa saja yang mungkin terjadi pada anak sebagai efek samping dari imunisasi, misalnya badan panas serta bengkak di daerah bekas suntikan.

Tanyakan pula kapan anak harus diberi obat penurun panas serta apa yang bisa dilakukan saat efek samping tersebut terjadi. Dengan begitu orang tua memiliki persiapan dan minim ‘trauma’ saat anak imunisasi.

4. Anak dalam kondisi sehat

Saat anak sakit, sistem kekebalan tubuh sudah bekerja untuk melawan penyakit, sehingga bila diberikan vaksin ditakutkan sistem kekebalan tubuh tak mampu bekerja maksimal dan efek samping dari imunisasi bisa lebih parah. Jadi, pastikan anak dalam kondisi sehat saat ingin imunisasi.

5. Sumber terpercaya

Hindari mencari informasi seputar imunisasi selain dari dokter atau situs resmi IDAI. Terutama terkait dengan isu-isu bahwa vaksin dapat menyebabkan autisme, kematian, mengandung babi, dan isu-isu yang belum terbukti kebenarannya.

 

Sumber : cnnindonesia.com

LEAVE A REPLY